Page 92 - ETNOFARMAKOLOGI Tumbuhan Obat Asli Kalimantan Tengah
P. 92

Studi Pustaka
                  Berdasarkan  penelitian  Handayani  et  al  (2014)  simplisia  umbi  Hati  Tanah  mengandung

                  senyawa kimia Flavonoid, Tanin, Katekol, dan Saponin. Penelitian farmakologis dilakukan
                  oleh Chairunnisa (2017), memberikan hasil bahwa pada konsentrasi 1%, 5%, 10%, dan 15%,

                  ekstrak etanol umbi Hati tanah mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

                  aureus. Penelitian lanjutan juga telah dilakukan Anzhar (2018) dengan menggunakan fraksi
                  N-Butanol dari ekstrak etanol umbi Hati Tanah dan memberikan hasil yang sama yaitu pada

                  konsentrasi  konsentrasi  1%,  5%,  10%,  dan  15%.  Mempunyai  kemmapuan  untuk
                  menghambat  pertumbuhan  bakteri  Staphylococcus  aureus  pada  Dari  kedua  penelitian

                  tersebut dapat disimpulkan umbi Hati Tanah memiliki efek farmakologis dalam membununh
                  bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini sesuai dengan empiris dari umbi Hati Tanah yang

                  dipercaya masyarakat salah satunya dapat mengobati luka pasca melahirkan maupun luka

                  ringan. Luka merupakan gangguan kulit yang disebabkan oleh rusaknya struktur dan fungsi
                  jaringan anatomi kulit. Kulit adalah salah satu organ tubuh yang juga merupakan salah satu

                  panca indera manusia di permukaan tubuh, sehingga kulitlah yang pertama kali bersentuhan

                  dengan pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan (Santoso, 2001). Salah satu fungsi dari
                  kulit adalah sebagai thermostat untuk mempertahanakan suhu tubuh, melindungi tubuh dari

                  sinar ultraviolet, serangan mikroorganisme serta mempunyai peran dalam mengatur tekanan
                  darah pada tubuh (Lachman et al., 1994). Kulit akan cenderung memproteksi diri secara

                  alami dari serangan mikroorganisme dengan bantuan tabir lemak yang berada di permukaan
                  kulit. Tabir lemak ini diproduksi dari kelenjar keringat dan kelenjar lemak yang ada di kulit.

                  Lapisan  kulit  luar  juga  berfungsi  sebagai  protector  sebagai  sawar  kulit  (Wasitaatmadja,

                  1997). Sayangnya, pada situasi tertentu, proteksi alami ini saja tidak akan cukup, sehingga
                  terkadang akibat adanya bakteri yang menyerang, kulit menjadi terinfeksi. Hal ini sering

                  terjadi  terutama  pada  kulit  yang  mengalami  kerusakan  jaringan  (kulit  yang  terluka).
                  Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi luka

                  pada kulit (Sim dan Romi, 2009).












                                           Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Asli Kalimantan Tengah |   79
                                                                      Rezqi Handayani & Nurul Qamariah
   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97