Page 111 - Bibliospiritual Menemukan Makna Dalam Kata Terbaca
P. 111
mempunyai sedikit tabungan. Apakah kamu punya
tabungan untuk menambahkan kekurangannya? ”Sabar Bu,
jangan sekarang. Bukankah kita harus berhemat, irit,
mengatur sedetail mungkin pengeluaran kita agar bisa
tetap membayar cicilan rumah?” jawab si pemuda setiap
kali ditanyai ibunya.
Begitulah, saking ketatnya mengatur pengeluaran, saat
si istri mengajak pergi keluar untuk sekadar bersantai pun,
pemuda itu tidak menggubrisnya. Bahkan hanya sekadar
makan keluar ke restoran bersama keluarga pun, selalu
dijawabnya dengan jawaban yang itu-itu saja, yakni harus
berhemat untuk membayar cicilan rumah. Alasan ini juga
berlaku untuk anaknya. Saat si anak merengek minta uang
jajan atau dibelikan mainan, dengan tegas si pemuda
menolak semua keinginan anaknya.
Istri dan keluarganya akhirnya mulai tertekan dan
jenuh dengan keadaan seperti itu. Hari-hari pun berlalu
dengan monoton dan penuh dengan ketegangan. Tak ada
lagi nuansa kebahagiaan yang menyelimuti keluarga itu.
Tanpa terasa, 20 tahun kemudian, cicilan rumah
telah selesai. Rumah itu telah sepenuhnya menjadi milik
pemuda tadi. Namun, ternyata ia tidak bahagia. Ia bahkan
merasa telah kehilangan sesuatu yang jauh lebih berharga.
Saat itu, rumah yang ditempati hanyalah sebentuk
bangunan, tanpa ada apa-apa lagi di dalamnya, tanpa
kehangatan dan tanpa kebahagiaan. Si pemuda tinggal
seorang diri di situ. Istrinya telah pergi meninggalkan dia,
dengan hak asuh anak di pihak istrinya. Rupanya, karena
tak tahan, mereka akhirnya berpisah. Ibu pemuda itu pun
sudah meninggal dunia beberapa tahun silam, tanpa pernah
terkabul permintaan terakhirnya.
98 | Bibliospiritual: Menemukan Makna dalam Kata Terbaca