Page 64 - Cyberbullying & Body Shaming
P. 64
Cyberbullying & Body Shaming
bawah umur‖. Menurut Quiroz, dkk (dalam Afriana, dkk 2014:4)
sedikitnya terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan perilaku
cyberbullying, yaitu hubungan keluarga, tradisi dan pengaruh media.
Penelitian menunjukkan bahwa sejumlah faktor yang unik untuk
lingkungan online mungkin mempromosikan perilaku cyberbullying
(Ybarra & Mitchell, 2004a, 2004b; Patchin & Hinduja, 2006; Slonje
& Smith, 2008; Konig et al., 2010).
Patchin & Hinduja (Konig et al., 2010) dengan tanpa nama
yang sering diidentifikasi sebagai faktor utama. Tanpa nama
memungkinkan cyberbullies menjadi 'tak terlihat', mengurangi risiko
tertangkap dan menciptakan lingkungan yang membuatnya lebih
sulit untuk menyadari dampak dari tindakan seseorang terhadap
cybervictim (Slonje & Smith, 2008; Ybarra & Mitchell, 2004a,
2004b; Konig et al., 2010). Apalagi sudah menemukan bahwa
cyberbullies lebih terampil daripada cybervictim mereka dalam
menggunakan teknologi dan bahwa cybervictim dapat dihadapkan
dengan perilaku menyinggung setiap saat di mana saja di dunia
(Ybarra & Mitchell, 2004a, 2004b; Patchin & Hinduja, 2006; Slonje
& Smith, 2008; Konig et al., 2010).
Dampak Cyberbullying
Kekerasan yang dialami anak atau remaja yang dilakukan oleh
cyberbullies melalui media cyber atau internet, sering kali merasa
depresi, merasa terisolasi, diperlakukan tidak manusiawi, dan tidak
berdaya ketika diserang. Menurut Rahayu (2011) ―dampak dari
cyberbullying untuk para cybervictim tidak berhenti sampai pada
tahap depresi saja, melainkan sudah sampai pada tindakan yang
lebih ekstrim yaitu bunuh diri‖.
57