Page 189 - ETNOFARMAKOLOGI Tumbuhan Obat Asli Kalimantan Tengah
P. 189
Studi Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Arikunto (2008) tanaman sarang semut mengandung
metabolit sekunder yaitu yaitu flavonoid, fenolik, tokoferol dan kaya akan mineral yang
berfungsi sebagai antioksidan dan antikanker. Penelitian yang pernah dilakukan pada
tanaman sarang semut adalah membandingkan aktivitas antioksidan pada simplisia sarang
semut dalam bentuk serbuk dan simplisia haksl (rajangan). Hasil penelitian menunjukan nilai
aktivitas antioksidan dan nilai total fenolik dalam bentuk serbuk lebih tinggi di bandingkan
dalam bentuk haksel dengan nilai yang didapat yaitu 21,72% dan 32,7 mg/100 g, 10,6% dan
22,3 mg/100 gr. Indicator lain yang digunakan pada penelitian ini adalah pengaruh suhu pada
saat proses ektraksi dilakukan. Hasil yang didapat ekstrak yang dihasilkan pada suhu 50ºC
memberikan nilai total fenolik paling besar yaitu 56,7 mg/100 g. Nilai antioksidan tertinggi
ditunjukkan pada hasilk ekstraksi pada suhu 70ºC dengan nilai 40,7%.
Sarang semut merupakan tanaman tradisional yang diketahui mengandung komponen
antikanker. Metabolid yang terkandung didalam sarang semut yang memiliki efek sitotoksik
terhadap sel kanker adalah flavonoid dan tannin. Kandungan flavonoid, tanin, polyphenol,
serta tocopherol menjadi salah satu penyebab efek antikanker dari sarang semut, terutama
sebagai penginduksi apoptosis (Lamondo et al., 2014). Aktivitas antikanker dari sarang
semut bahkan dilaporkan lebih tinggi dibandingkan beberapa ekstrak dari tanaman lain
bahkan nyaris mendekati senyawa pembanding seperti doxorubicin (Soeksmanto et al.,
2010). Selain itu ekstrak umbi sarang semut juga diketahui memiliki aktivitas sebagai
antioksidan yang tidak terpengaruh oleh pemberian panas (Dominika, 2008). Sarang semut
juga diketahui memiliki efek sebagai immunomodulator dimana ekstrak sarang semut
diketahui dapat meningkatkan laju proliferasi limfosur serta aktivitas fagositosis makrofag
(Hertiani et al., 2010). Sarang semut sendiri pada dosis tinggi sendiri diketahui dapat
menimbulkan efek toksik pada hati dan dapat menimbulkan efek toksik setelah 12 hari
penggunaan (Soeksmanto et al., 2010).
Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Asli Kalimantan Tengah | 176
Rezqi Handayani & Nurul Qamariah