Page 54 - ETNOFARMAKOLOGI Tumbuhan Obat Asli Kalimantan Tengah
P. 54
Escherichia coli rata-ratanya sebesar 14,44 mm (Kaharap et.al., 2016).
Akar kuning (Arcangelisia flava) atau yang dikenal juga sebagai kayu kuning telah lama
digunakan oleh masyarakat suku Dayak Kalimantan untuk mengobati berbagai penyakit
seperti hepatitis, demam, infeksi, gangguan pencernaan, kecacingan, bahkan sariawan
(Kaharap et al., 2016; Maryani et al., 2013; Larisu et al., 2010 dalam Pratama, 2016). Bagian
tumbuhan yang paling sering digunakan adalah batangnya meskipun bagian tumbuhan
lainnya seperti akar dan buahnya juga sesekali digunakan (Kunii et al., 1985; Subiandono
dan Heriyanto, 2009 dalam Pratama, 2016). Selain itu, ekstrak dari berbagai bagian
tumbuhan dari akar kuning juga menunjukkan beberapa aktivitas farmakologi yang telah
diteliti, diantaranya sebagai antimalaria (Lovin et al., 2012 dalam Pratama, 2016),
antibakteri, antioksidan (Keawpradub et al., 2005; Maryani et al., 2013 dalam Pratama,
2016), antijamur (Setyowati et al., 2014 dalam Pratama, 2016), antidiabetes (Wahyudi et al.,
2016 dalam Pratama, 2016), antidepresan (Tiara et al., 2014 dalam Pratama, 2016), bahkan
sebagai antikanker (Sun et al., 2009 dalam Pratama, 2016). Akar kuning (Arcangelisa flava)
diketahui memiliki berbagai aktivitas farmakologi seperti antikanker. Beberapa metabolit
sekunder akar kuning menunjukkan aktivitas antiproliferasi sel kanker. Overproliferasi pada
sel kanker salah satunya disebabkan oleh kelainan pada EGFR, kelompok reseptor yang
berperan pada saat inisiasi proliferasi sel. Inhibisi pada EGFR dapat menghambat proses
proliferasi sel kanker. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan identifikasi terhadap
senyawa kimia yang terkandung di dalam akar kuning yang memiliki potensi paling tinggi
sebagai inhibitor berbagai EGFR. Oleh karena itu digunakan metode molecular docking
dengan menggunakan beberapa senyawa kimia dari akar kuning terhadap EGFR-1, EGFR-
2, EGFR-3, dan EGFR-4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa kimia berberin
dapat menghasilkan energy bebas dengan ikatan paling negative dan konstanta inhibisi
paling kecil pada seluruh EGFR, dengan afinitas paling tinggi ditunjukkan pada EGFR-2
dengan ΔG dan ki secara berturut-turut sebesar -9,34 kcal/mol dan 141,81 nM. Over-ekspresi
aktivitas dari EGFR-2 sendiri seringkali terjadi pada kanker payudara, terutama kanker
payudara HER2-positif. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan berberin memiliki
aktivitas sebagai inhibitor EGFR terutama EGFR-2 dan berpotensi untuk dikembangkan
pada terapi kanker payudara HER2-positif (Pratama, 2016).
Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Asli Kalimantan Tengah | 41
Rezqi Handayani & Nurul Qamariah