Page 246 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 246

Ketika itu semua sahabat diam, dan dalam hati masing-
               masing  berkata,"Mana  ada  Rasullullah  SAW  berhutang
               dengan  kita?  Kamilah  yang  banyak  berhutang  dengan
               Rasulullah.”

                   Tiba-tiba bangun seorang lelaki yang bernama Akasyah.
               Lalu,  dia  berkata,  "Ya  Rasulullah!  Aku  ingin  sampaikan
               masalah  ini.  Seandainya  ini  dianggap  hutang,  maka  aku
               minta kau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak
               perlulah engkau berbuat apa-apa.”
                   Maka  Akasyah  pun  mulai  bercerita,  "Aku  masih  ingat
               ketika perang Uhud  dulu, satu ketika engkau menunggang
               kuda, lalu Engkau pukulkan cemeti ke belakang kuda. Tetapi,
               cemeti tersebut tidak kena pada belakang kuda, sebenarnya
               cemeti itu terkena pada dadaku karena ketika itu aku berdiri
               di  sebelah  belakang  kuda  yang  engkau  tunggangi  wahai
               Rasulullah.”
                   Mendengar  yang  demikian,  Rasulullah  SAW  berkata,
               "Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Akasyah. Kalau dulu
               aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yang
               sama."  Dengan  suara  yang  agak  tinggi,  Akasyah  berkata,
               "Kalau  begitu  aku  ingin  segera  melakukannya  wahai
               Rasulullah."
                   Akasyah    seakan-akan   tidak   merasa   bersalah
               mengatakan  demikian.  Sedangkan  ketika  itu  sebagian
               sahabat  berteriak  memarahi  Akasyah.  "Sesungguhnya
               engkau  tidak  berperasaan  wahai  Akasyah.  Bukankah
               Baginda sedang sakit?" Akasyah tidak menghiraukan semua
               itu.  Rasulullah  SAW  meminta  Bilal  mengambil  cemeti  di
               rumah Fatimah. Setelah mengambil cemeti, Akasyah menuju
               ke hadapan Rasulullah.





                                                       Bibliosufistik | 233
   241   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251