Page 241 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 241
Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah
menemui pedagang tua penjual kurma. Untuk meminta
dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya. Begitu
sampai di Mekkah ia langsung menuju tempat penjual kurma
itu, tetapi ia tidak menemukan pedagang tua itu melainkan
seorang anak muda. “empat bulan yang lalu saya membeli
kurma disini dari seorang pedagang tua. kemana ia
sekarang?” tanya ibrahim. “Sudah meninggal sebulan yang
lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang
kurma” jawab anak muda itu. “Innalillahi wa innailaihi
roji’un, kalau begitu kepada siapa saya meminta
penghalalan?”.
Lantas ibrahim menceritakan peristiwa yg dialaminya,
anak muda itu mendengarkan penuh minat. “Nah, begitulah”
kata ibrahim setelah bercerita, “Engkau sebagai ahli waris
orangtua itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma
milik ayahmu yang terlanjur ku makan tanpa izinnya?”. “Bagi
saya tidak masalah. Insya ALLAH saya halalkan. Tapi entah
dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya sebelas orang.
Saya tidak berani mengatas nama kan mereka karena
mereka mempunyai hak waris sama dengan saya.” “Dimana
alamat saudara-saudaramu? biar saya temui mereka satu
persatu.”
Setelah menerima alamat, Ibrahim bin Adham pergi
menemui. Biar berjauhan, akhirnya selesai juga. Semua
setuju menghalakan sebutir kurma milik ayah mereka yang
termakan oleh ibrahim. empat bulan kemudian, Ibrahim bin
adham sudah berada dibawah kubah Sakhra. Tiba tiba ia
mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap
cakap. “Itulah ibrahim bin adham yang doanya tertolak gara
gara makan sebutir kurma milik orang lain.”
228 | Asep Solikin