Page 339 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 339
Mendengar laporan yang disampaikan temannya ini,
Hasan Al Bashri kesal. la bingung, dan merasa tertantang.
Setelah berpikir sejenak, akhirnya ia memutuskan untuk
bertemu langsung dengan Ibnu Sirin. la tidak peduli dengan
rasa malu atau gengsinya. "Antarkan aku ke sana," katanya.
Begitu melihat kedatangan Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin
menyambutnya dengan baik. Setelah saling mengucap salam
dan berjabat tangan, masing-masing lalu mengambil tempat
duduk yang agak berjauhan. "Sudahlah, kita tidak usah
berbasa-basi. Langsung saja! Aku bingung memikirkan dan
menafsirkan mimpiku," kata Hasan Al Bashri. Lalu, ia
menuturkan sekilas tentang mimpinya. "Jangan bingung,"
kata Ibnu Sirin. "Telanjang dalam mimpimu itu adalah
Ketelanjangan dunia. Artinya Anda sama sekali tidak
bergantung padanya karena Anda memang zuhud. Kandang
binatang adalah lambang dunia yang fana itu sendiri. Anda
telah melihat dengan jelas keadaan yang sebenarnya.
Sedangkan sebatang tongkat yang Anda buat itu adalah
lambang hikmah yang Anda katakan, dan mendatangkan
manfaat bagi banyak orang."
Sesaat, Hasan Al Bashri terkesima. la kagum pada
kehebatan Ibnu Sirin sebagai ahli penafsir mimpi, dan
percaya sekali pada penjelasannya. "Tetapi bagaimana Anda
tahu kalau aku yang mengalami mimpi itu?" tanya Hasan Al
Bashri kemudian dengan rasa penasaran. "Ketika temanmu
menceritakan mimpi tersebut kepadaku, aku berpikir
menurutku hanya engkau yang pantas mengalaminya,"
jawab lbnu Sirin singkat dan santai.
326 | Asep Solikin