Page 117 - Bibliospiritual Menemukan Makna Dalam Kata Terbaca
P. 117
sana. Panas yang terik dan usaha sepenuh hati yang
dilakukan berkali-kali membuat keringat mengucur deras
membasahi bajunya.
Murid itu pun mulai merasa kesal dan jengkel.
Usahanya berkali-kali dan keinginannya untuk tidak
menyerah tetapi tidak membawa hasil seperti yang
diharapkan, membuat emosinya semakin memuncak. Dari
kejauhan, sang guru menyaksikan ulah si murid. Dengan
senyum sabarnya dihampiri si murid. Melihat kedatangan
gurunya, si murid segera berkata lantang, “Guru, saya sudah
berusaha menimba air tetapi kelihatannya sumur ini sudah
kering. Jika sumur ini tidak berair, mengapa Guru
memerintahkan saya untuk mengambil air?”
Gurunya balik bertanya, “Berapa kali kamu menimba?”
Si murid menjawab dengan emosi, “Sudah berkali-kali. Lihat
saja bajuku sampai basah kuyup begini!”
Sang Guru berkata lagi, “Kalau kamu merasa sumur itu
kosong, mengapa harus terus menimba? Kamu marah, ya?
Kemarahanmu sampai menutup kesadaran dan akal
sehatmu ya?” PLAK! Kepala si murid pun dipukul oleh sang
Guru. “Lihat ke samping sumur itu, di sana ada keran air.
Tinggal dibuka krannya, airpun mengalir. Guru suruh kamu
mengambil air di dekat sumur, bukan menimba di sumur!”
Seketika wajah si murid merah padam… dia merasa
malu sekaligus merasa begitu bodoh karena telah
membuang energi dan kemarahan tidak pada tempatnya.
"Masalah adalah sebuah anugerah Dimana kita
bisa mendapatkan hikmah dan memberikan
inspirasi untuk bertindak."
104 | Bibliospiritual: Menemukan Makna dalam Kata Terbaca