Page 52 - Cyberbullying & Body Shaming
P. 52
Cyberbullying & Body Shaming
terlibat dalam bullying tradisional. Selain itu, sering diperdebatkan
atau tersirat bahwa cyberbullying sangat sulit bagi orang dewasa
untuk menemukan dan meniadakan, menciptakan perasaan tidak
berdaya pada orang dewasa dan mungkin siswa juga (Olweus,
2013).
Cyberbullying menyakiti remaja secara emosional, dari pada
kekerasan fisik, dan beroperasi dengan menggunakan pesan teks
ponsel, foto diposting online, kata-kata yang menyakitkan di blog
pribadi, dan rumor itu menyebar lebih cepat dari sebelumnya
melalui e-mail, instant messenger (IMs), atau perangkat komunikasi
lain semacam itu. Dengan semakin populernya situs jejaring sosial,
pesan instan, dan teknologi seluler di kalangan remaja, risiko dan
tingkat cyberbullying tidak bisa diremehkan (Juvonen & Gross,
2008, Huang, & Chou, 2010).
Konseptualisasi cyberbullying diperparah oleh fakta bahwa
cyberbullying dapat terjadi dalam bergabai bentuk dan terjadi
melalui begitu banyak tempat yang berbeda. Willard (Kowalski et al,
2014) telah menciptakan taksonomi jenis cyberbullying yang
mencakup flaming (yaitu, online fight), pelecehan (yaitu, pesan yang
berulang-ulang dan menyinggung yang dikirim ke cybervictim),
outing dan tipu daya (yaitu, meminta informasi pribadi dari
seseorang dan kemudian secara elektronik membagikan informasi
itu dengan orang lain tanpa persetujuan individu), pengucilan (yaitu,
memblokir seseorang dari daftar teman), peniruan identitas (yaitu,
berpose sebagai cybervictim dan berkomunikasi elektronik secara
negatif atau informasi yang tidak pantas dengan orang lain seolah-
olah berasal dari cybervictim), cyber-stalking (yaitu, menggunakan
komunikasi elektronik untuk orang lain dengan mengirim
komunikasi yang mengancam berulang-ulang), dan sexting (yaitu
45