Page 93 - Cyberbullying & Body Shaming
P. 93
Karyanti, M.Pd. & Aminudin, S.Pd.
Cyberbullies satu arah umumnya menggunakan outlet ini
untuk mengekspos ketidaksempurnaan orang lain yang tidak sesuai
dengan harapan kecantikan masyarakat. Fenomena sekarang disebut
―body shaming.‖ Body shaming adalah masalah sosial yang besar,
dan telah menjadi salah satu masalah yang utama terkait dengan
cyberbullying. Selanjutnya, body shaming dapat dianggap sebagai
masalah gender di media, seperti media sering menyoroti dan
mempublikasikan lebih banyak contoh perempuan, lebih dari laki-
laki, sebagai korban komentar cyberbullying (Stacey, 2017).
Moawad (2017) akan tampak bahwa ancaman online mulai
dari bullying, trolling ke body shaming (baik itu melalui ‗balas
dendam‘ atau dengan gambar morphing dan beredar online) adalah
agnostik gender, dan laki-laki menderita sebanyak dari kejahatan
seperti yang dilakukan perempuan. Virendra Sehwag (Moawad,
2017), atau Irfan Pathan (Moawad, 2017) menunjukkan kerentanan
semua media online. Namun, Irfan sebenarnya diejek karena apa
yang dianggap 'tidak islami' di posnya dari foto burka istri. Seorang
kontestan reality show yang diminta untuk tidak mengenakan
pakaian pendek di reality show musik, atau Mithali Raj (Moawad,
2017) yang dikuntit karena mengenakan atasan ‗tersingkap‘ di
gambar dia diposting di Twitter, semua jelas menunjukkan twist
gender.
Akan tetapi, penting untuk menekankan bahwa rasa malu,
seperti gender atau seksualitas, secara sosial dibangun dan dimediasi
secara budaya. Selain itu, penggunaan permohonan berdasarkan rasa
malu juga bisa terjadi dianggap kontroversial mengingat bagaimana
body shaming dan slut shaming terus digunakan sebagai bagian
regulasi seksual tubuh perempuan (Ringrose & Harvey, 2015;
Dobson & Ringrose, 2016; Brand, 2016).
86