Page 60 - False Information
P. 60
abad ke-20 (Lazer et al., 2018). Ekosistem media sosial telah
mengubah orientasi vertikal kebenaran yang diatur oleh outlet
media selama ini menjadi hubungan horizontal sehingga setiap
orang dapat membuat dan menyebarkan konten. Ini memiliki
beberapa keuntungan dalam proses menjaga gerbang, tetapi juga
disertai dengan tantangan (Waisbord, 2018). Namun, jika
menyangkut informasi p alsu yang dikirimkan secara online yang
dapat berpotensi merusak (yaitu, penyebaran informasi palsu di
India yang mengarah ke pembunuhan massal terhadap orang-
orang yang tidak bersalah, informasi kesehatan yang salah yang
dapat menyebabkan hasil kesehatan yang merusak, atau informasi
yang dibuat-buat untuk keuntungan moneter atau destabilisasi
politik), mengakui keberadaan kebenaran tidak hanya dapat
dibenarkan dengan baik, tetapi juga merupakan kebutuhan kritis
untuk demokrasi yang sehat. Dengan demikian, menghilangkan
informasi yang nyata dan palsu memerlukan landasan kebenaran.
Berita palsu biasanya meniru informasi nyata dalam
bentuknya, tetapi ―tidak dalam proses atau maksud organisasi‖
karena ―tidak memiliki norma editorial media berita dan proses
untuk memastikan keakuratan dan kredibilitas informasi‖ (Lazer et
al., 2018). Jika perbedaan antara informasi nyata dan informasi
palsu terletak pada pengambilan keputusan editorial semacam itu,
maka fokus pada norma dan aturan jurnalistik untuk
mendefinisikan informasi nyata adalah pendekatan yang masuk
akal untuk mendefinisikan kebenaran untuk tujuan deteksi.
False Information mencakup berita (breaking news) dan soft
news (informasi kurang tepat waktu) dan dibuat melalui jurnalisme
yang didefinisikan sebagai "aktivitas mengumpulkan, menilai,
membuat, dan menyajikan berita dan informasi" dan mematuhi
prinsip verifikasi, independensi dan kewajiban untuk melaporkan
False Information | 55