Page 67 - False Information
P. 67
lebih tua yang memiliki beberapa komorbiditas metabolik (N. Chen
et al., 2020) (Onder et al., 2020).
Pengaruh gender terbukti, karena lebih banyak pria yang
terkena infeksi. Studi menunjukkan bahwa ada banyak perbedaan
antara pria dan wanita dalam respon imun terhadap COVID-19
infeksidan penyakit inflamasi. Wanita, dibandingkan dengan pria,
kurang rentan terhadap infeksi virus berdasarkan pada imunitas
bawaan yang berbeda, hormon steroid dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan kromosom seks. Testosteron bersifat
imunosupresif, berbeda dengan hormon peningkat kekebalan,
estrogen (Roved et al., 2017). Kehadiran dua kromosom X pada
wanita meningkatkan sistem kekebalan meskipun salah satunya
tidak aktif. Gen pengatur kekebalan yang dikodekan oleh
kromosom X pada jenis kelamin perempuan menyebabkan tingkat
viral load yang lebih rendah, dan peradangan yang lebih sedikit
bila dibandingkan dengan laki-laki, sementara jumlah sel CD4 + T
lebih tinggi dengan peningkatan tanggapan kekebalan (Conti &
Younes, 2020). Selain itu, wanita umumnya menghasilkan tingkat
antibodi yang lebih tinggi yang berada di sirkulasi lebih lama
(Conti & Younes, 2020). Di Islandia, wanita dan anak-anak kurang
dari 10 tahun ditemukan kurang rentan terhadap infeksi COVID-19
(Gudbjartsson et al., 2020).
2. Karakteristik Genetik dan Rasial
Susunan genetik suatu populasi dianggap sebagai faktor
penting yang menentukan hasil dan rasio kematian / kasus. Salah
satu aspek terkait dengan angiotensin converting enzyme 2
(ACE2), reseptor fungsional SARS-CoV-2 dalam sel yang
terinfeksi. Analisis reseptor ini menunjukkan bahwa ACE2 tidak
hanya reseptor, tetapi juga terlibat dalam regulasi pasca infeksi,
62 | Laksminarti, Karyanti & Mita Sari