Page 12 - Stenochlaena Palutris Bedd
P. 12
Stenochlaena Palutris Bedd
diharapkan memiliki efek samping yang relatif rendah (Adawiyah
dan Rizki, 2018). Salah satu tanaman tersebut adalah Akar kalakai.
Penggunaan tumbuhan alami sebagai tanaman obat atau
kosmetik di Indonesia sedang populer, kebanyakan masyarakat di
daerah–daerah mempercayai bahwa penggunaan tumbuhan alami
relatif aman karena tidak memiliki efek samping yang berlebih
(Sharma et al., 2014). Tanaman kalakai atau sering disebut paku
haruan atau pakis merupakan tanaman khas Kalimantan yang
banyak digunakan sebagai tanaman obat.Kalakai mengandung
beberapa senyawa bioaktif seperti fenolik, flavonoid, alkaloid dan
keluarga treponoid yang efektif sebagai antioksidan.Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Adawiyah dan Rizki (2018)
didapat hasil bahwa ekstrak dari akar kelakai memiliki aktivitas
antioksidan yang sangat kuat.Flavonoid sebagai antioksidan dapat
mempengaruhi profil. Lipid dalam darah seperti dapat menurunkan
kadar kolesterol total, trigliserida, Low density lipoprotein (LDL)
dan meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL).
Flavonoid dapat mencegah kerusakkan sel akibat stres
oksidatif. Mekanisme kerjanya dapat secara langsung yaitu dengan
mendonorkan ion hidrogen sehingga dapat menetralisir efektoksik
dari radikal bebas dan secara tidak langsung yaitu dengan
meningkatkan ekspresi gen antioksidan endogen melalui beberapa
mekanisme seperti Aktivasi nucler factor erythroid 2 related factor
2 (Nrf2) sehingga terjadi peningkatan gen yang berperan dalam
sintesis enzim antioksidan endogen seperti misalnya gen SOD
(superoxide dismutase) (sumardika dan Jawi, 2012). Ekstrak akar
kalakai harus dibuktikan secara ilmiah untuk dapat memperbaiki
profil lipid darah. Pengujian aktivitas suatu bahan aktif dapat
dilakukan secara in vitro atau in vivo. Uji in vitro dapat
menggambarkan mekanisme kerja dari bahan aktif tersebut
[3]