Page 167 - Evaluasi Pembelajaran
P. 167
Sebagian ahli pengukuran menyarankan agar butir-butir tes
yang digunakan dalam pengukuran hasil belajar sebaiknya
hanya butir-butir dengan tingkat kesukaran sedang (Naga,
1997, Mardapi, 2012). Alasan utama dari pendapat ini adalah
adanya asumsi bahwa, butir-butir tes yang sukar akan
cenderung tidak bisa dijawab oleh peserta tes, dan sebaliknya
butir-butir tes yang mudah cenderung dapat dijawab oleh
semua peserta tes. Fenomena tersebut menghilangkan fungsi
butir tes untuk membedakan peserta tes yang pintar dan
kurang pintar.
Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat
kesukaran (TK), antara lain dengan pendekatan proporsi
sederhana sebagai berikut:
Bi
TKi = ---------- ……………………….(Mardapi, 2012, Naga, 1996)
N
Keterangan :
TK = Tingkat kesukaran butir i
Bi = Jumlah peserta tes yang menjawab benar butir i.
N = Jumlah peserta tes.
Untuk penarikan simpulan, evaluator dapat berpatokan
kepada kriteria yang dikemukakan Naga (1997), yang
menetapakan bahwa butir tes yang baik adalah butir tes yang
memiliki tingkat kesukaran 0,33 ≤ TKi ≤ 0,67. Tingkat
kesukaran butir tes termasuk sukar jika TK i < 0,33, dan
dianggap mudah jika TKi > 0,67.
Sebagai contoh, kita akan menentukan TK terhadap data
hasil ujicoba tes sebagaimana pada tabel Tabel 5.18 pada
halaman sebelumnya.
156