Page 51 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 51
"Aku adalah rahasia Yang Maha Benar,
Yang Maha Benar bukanlah Aku,
Aku hanya satu dari yang benar,
Maka bedakanlah antara kami."
Syatahat atau kata-kata teofani sufi seperti itu membuat
kaum syari'at enuduh sufi telah menyeleweng dari ajaran
Islam dan menganggap tasawuf bertentangan dengan Islam.
Kaum syari'at yang banyak terikat kepada formalitas ibadat,
tidak menangkap pengalaman sufi yang mementingkan
hakekat dan tujuan ibadat, yaitu mendekatkan diri sedekat
mungkin kepada Tuhan.
Dalam sejarah Islam memang terkenal adanya
pertentangan keras antara kaum syari'at dan kaum hakekat,
gelar yang diberikan kepada kaum sufi. Pertentangan ini
mereda setelah al-Ghazali datang dengan pengalamannya
bahwa jalan sufilah yang dapat membawa orang kepada
kebenaran yang menyakin kan. Al-Ghazali menghalalkan
tasawuf sampai tingkat ma'rifah, sungguhpun ia tidak
mengharamkan tingkat fana', baqa, dan ittihad. Ia tidak
mengkafirkan Abu Yazid dan al-Hallaj, tapi mengkafirkan al-
Farabi dan Ibn Sina.
Tuhan, sebagaimana disebut dalam Hadits yang telah
dikutip pada permulaan, pada awalnya adalah "harta"
tersembunyi, kemudian Ia ingin dikenal maka diciptakan-
Nya makhluk, dan melalui makhluklah Ia dikenal. Maka, alam
sebagai makhluk, adalah penampakan diri atau tajalli dari
Tuhan. Alam sebagai cermin yang didalamnya terdapat
gambar Tuhan. Dengan kata lain, alam adalah bayangan
Tuhan. Sebagai bayangan, wujud alam tak akan ada tanpa
wujud Tuhan. Wujud alam tergantung pada wujud Tuhan.
38 | Asep Solikin