Page 52 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 52

Sebagai bayangan, wujud alam bersatu dengan wujud Tuhan
               dalam ajaran wahdat al-wujud.
                   Yang  ada  dalam  alam  ini  kelihatannya  banyak  tetapi
               pada  hakekatnya  satu.  Keadaan  ini  tak  ubahnya  sebagai
               orang  yang  melihat  dirinya  dalam  beberapa  cermin  yang
               diletakkan  di  sekelilingnya.   Di  dalam  tiap  cermin,  ia  lihat
               dirinya.  Di  dalam  cermin,  dirinya  kelihatan  banyak,  tetapi
               pada  hakekatnya  dirinya  hanya  satu.    Yang  lain  dan  yang
               banyak adalah bayangannya.
                   Oleh karena itu ada orang yang mengidentikkan ajaran
               wahdat  al-wujud  Ibn  Arabi  dengan  panteisme  dalam  arti
               bahwa  yang  disebut  Tuhan  adalah  alam  semesta.    Jelas
               bahwa Ibn Arabi tidak mengidentikkan alam dengan Tuhan.
               Bagi Ibn Arabi, sebagaimana halnya dengan sufi-sufi lainnya,
               Tuhan  adalah  transendental  dan  bukan  imanen.    Tuhan
               berada  di  luar  dan  bukan  di  dalam  alam.  Alam  hanya
               merupakan penampakan diri atau tajalli dari Tuhan.
                   Ajaran  ahdat  al-wujud  dengan  tajalli  Tuhan  ini
               selanjutnya  membawa  pada  ajaran  al-Insan  al-Kamil  yang
               dikembangkan  terutama  oleh  Abd  al-Karim  al-Jilli  (1366-
               1428).  Dalam pengalaman al-Jilli, tajalli atau penampakan
               diri Tuhan mengambil tiga tahap tanazul (turun), ahadiah,
               Huwiah dan Aniyah.
                   Pada tahap ahadiah, Tuhan dalam keabsolutannya baru
               keluar dari al-'ama, kabut kegelapan, tanpa nama dan sifat.
               Pada  tahap  hawiah  nama  dan  sifat  Tuhan  telah  muncul,
               tetapi  masih  dalam  bentuk  potensial.  Pada  tahap  aniah,
               Tuhan  menampakkan  diri  dengan  nama-nama  dan  sifat-
               sifat-Nya pada makhluk-Nya. Di   antara   semua   makhluk-
               Nya,  pada  diri  manusia  Ia  menampakkan  diri-Nya  dengan
               segala  sifat-Nya.  Sungguhpun  manusia  merupakan  tajalli
               atau penampakan diri Tuhan yang paling sempurna diantara


                                                        Bibliosufistik | 39
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57