Page 49 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 49
diucapkan melalui lidah Abu Yazid. Sufi lain yang
mengalami persatuan dengan Tuhan adalah Husain Ibn
Mansur al-Hallaj (858-922 M), yang berlainan nasibnya
dengan Abu Yazid. Nasibnya malang karena dijatuhi
hukuman bunuh, mayatnya dibakar dan debunya dibuang ke
sungai Tigris. Hal ini karena dia mengatakan, "Ana 'l-Haqq"
(Akulah Yang Maha Benar).
Pengalaman persatuannya dengan Tuhan tidak disebut
ittihad, tetapi hulul. Kalau Abu Yazid mengalami naik ke
langit untuk bersatu dengan Tuhan, al-Hallaj mengalami
persatuannya dengan Tuhan turun ke bumi. Dalam literatur
tasawuf hulul diartikan, Tuhan memilih tubuh-tubuh
manusia tertentu untuk bersemayam didalamnya dengan
sifat-sifat ketuhanan nya, setelah sifat-sifat kemanusiaan
yang ada dalam tubuh itu dihancurkan.
Di sini terdapat juga konsep fana, yang dialami Abu
Yazid dalam ittihad sebelum tercapai hulul. Menurut al-
Hallaj, manusia mempunyai dua sifat dasar: nasut
(kemanusiaan) dan lahut (ketuhanan). Demikian juga Tuhan
mempunyai dua sifat dasar, lahut (ketuhanan) dan nasut
(kemanusiaan). Landasan bahwa Tuhan dan manusia sama-
sama mempunyai sifat diambil dari hadits yang menegaskan
bahwa Tuhan menciptakan Adam sesuai dengan bentuk-
Nya.
Hadits ini mengandung arti bahwa didalam diri Adam
ada bentuk Tuhan dan itulah yang disebut lahut manusia.
Sebaliknya didalam diri Tuhan terdapat bentuk Adam dan
itulah yang disebut nasut Tuhan. Hal ini terlihat jelas pada
syair al-Hallaj sebagai berikut:
36 | Asep Solikin