Page 44 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 44

ini  diperoleh      melalui  akal.  Dalam  pendapat      al-Ghazali,
               pengetahuan  yang  diperoleh melalui kalbu, yaitu ma'rifah,
               lebih benar dari pengetahuan yang diperoleh melalui akal,
               yaitu      'ilm.    Sebelum  menempuh  jalan  tasawuf  al-Ghazali
               diserang  penyakit  syak.  Tapi,  menurut  al-Ghazali,  setelah
               mencapai  ma'rifah,  keyakinannya  untuk  memperoleh
               kebenaran ternyata melalui tasawuf, bukan filsafat.

                   Lebih jauh mengenai ma'rifah dalam   literatur   tasawuf
               dijumpai  ungkapan  berikut,  pertama,  kalau  mata  yang
               terdapat  di  dalam  hati  sanubari  manusia  terbuka,  mata
               kepalanya  akan  tertutup  dan  ketika  itu  yang  dilihatnya
               hanya  Allah.  Kedua,  ma'rifah  adalah  cermin.  Kalau  sufi
               melihat ke cermin itu yang akan dilihatnya hanyalah Allah.
               Ketiga, yang dilihat orang 'arif, baik sewaktu tidur maupun
               sewaktu  bangun  hanyalah  Allah.  Keempat,  sekiranya
               ma'rifah   mengambil   bentuk   materi,   cahaya   yang
               disinarkannya  gelap.    Semua  orang  yang  memandangnya
               akan  mati      karena  tak  tahan  melihat  kecemerlangan  dan
               keindahannya.

                   Tetapi  sufi  yang  dapat  menangkap  cahaya  ma'rifah
               dengan mata hatinya akan dipenuhi kalbunya dengan rasa
               cinta yang mendalam kepada Tuhan. Tidak mengherankan
               kalau sufi merasa tidak puas dengan stasion ma'rifah saja. Ia
               ingin  berada  lebih  dekat  lagi  dengan  Tuhan.  Ia  ingin
               mengalami persatuan dengan Tuhan, yang di dalam istilah
               tasawuf disebut ittihad. Pengalaman ittihad   ini ditonjolkan
               oleh Abu Yazid al Bustami (w.  874 M). Ucapan-ucapan yang
               ditinggalkannya  menunjukkan  bahwa  untuk  mencapai
               ittihad diperlukan usaha yang keras dan waktu yang lama.
               Seseorang  pernah  bertanya  kepada  Abu  Yazid  tentang
               perjuangannya untuk mencapai ittihad. Ia menjawab, "Tiga
               tahun,"  sedang  umurnya  waktu  itu  telah  lebih  dari  tujuh



                                                        Bibliosufistik | 31
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49