Page 122 - BK PRIBADI SOSIAL Biblioterapi, Melalui Kisah Pribadi Diasah
P. 122
bercucuran di wajahnya. Uang yang mungkin tidak terlalu
banyak jika dilihat dari jumlahnya. Namun bagi sang bapak
uang tersebut amatlah berharga, ia dapatkan dari hasil jerih
payahnya menjajakan gorengan kesana-kemari, dan
mengingat uang tersebut adalah hasil kerjanya setengah hari
dan masih ada kemungkinan untuk bertambah ketika ia
melanjutkan dagangannya dari siang hingga sore hari.
Selesai menghitung si bapak segera memasukkan uang
ke dalam dompetnya. Ia bergegas menuju tempat wudhu di
halaman masjid. Dengan sedikit membungkuk, pelan-pelan
ia memutar kran air dan membasuh satu per satu anggota
badannnya. Segar air terasa di siang hari yang terik itu.
Selesai berwudhu dengan langkah tegap setengah lelah
beliau masuk ke dalam masjid untuk melakukan ibadah
sunnah shalat tahiyatul masjid, dan duduk menunggu adzan
zuhur di kumandangkan.
Ia mengistirahatkan tubuhnya sejenak, mengisi selang
waktu dengan berdzikir kepada Rabb semesta alam. Gerobak
yang merupakan mesin pencari nafkah ia letakkan di luar
masjid. Tak ada rasa takut barang dagangannya akan di
ganggu/diambil pemuda-pemuda iseng yang mungkin lewat,
ketika ia sedang khusyuk melaksanakan ibadah sunnah dan
menanti adzan di dalam masjid. Tak risau juga akan
kehilangan pembeli, selama masa 20 menit ia berada di
dalam masjid. Berserah diri, dan bertawakkal sepenuhnya
kepada Allah yang Maha Menjaga dan Pemberi Rezeki. Ia
hanya yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah telah menjamin
rezeki setiap hamba-Nya. Pemandangan yang mungkin
jarang kita temui saat ini, dimana banyak orang
mendewakan uang dan berusaha mendapatkannya dengan
cara apapun, tanpa memandang halal-haram jalannya.
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah ini.
111