Page 211 - Bibliospiritual Menemukan Makna Dalam Kata Terbaca
P. 211
Allah)." Lanjut sang Mukmin menasehati kawannya yang
zhalim. "Hah!" sergah kawannya yang zhalim.
"Bagaimanapun aku lebih kaya dan lebih mulia darimu."
Gemas sekali kawan yang mukmin ini mengetahui bahwa
temannya tetap sombong dan kufur nikmat. Maka
dilanjutkannya omongannya dengan tegas. "Kalau kamu
menganggap aku lebih sedikit darimu dalam hal memiliki
harta dan keturunan, maka mudah – mudahan Tuhanku
akan memberi kepadaku kebun yang lebih dari pada
kebunmu. Dan mudah-mudahan saja Dia mengirimkan petir
dari langit kepada kebunmu hingga kebunmu menjadi
tanah yang licin, atau airnya surut ke dalam tanah hingga
sekali – kali kamu tidak akan dapat menemukannya lagi".
Lalu ditinggalkannya temannya yang sombong dan zalim itu
untuk dapat merenungi ucapannya.
Keesokan harinya, seperti biasa lelaki zhalim itu
mendatangi kebun kebanggaannya. Sudah tidak diingatnya
lagi sindiran tajam kawannya yang shaleh itu. Tetapi
alangkah terkejutnya ia setibanya didepan kebunnya. "Ha!
Dimana kebunku? Dimana kebunku yang indah dan subur
itu?" ratapnya ketika melihat kebun-kebun dan ladangnya
telah hancur semua.
Pohon – pohon anggurnya roboh berikut para – para
penyangga buahnya. Pohon – pohon kurmanya tumbang.
Bahkan sungai – sungai yang selalu bergemericik itu lenyap
pula ditelan bumi yang terbelah.
Terduduk di pinggir tanahnya yang porak poranda,
lelaki zhalim itu menyadari bahwa seluruh kekayaannya
telah musnah binasa. Tanpa terasa, dibolak – baliknya
tangannya sebagai sebuah penyelesalan mengingat segala
198 | Bibliospiritual: Menemukan Makna dalam Kata Terbaca

