Page 31 - Membangun Pendidikan Berkualitas Di Era Pandemi
P. 31
|Membangun Pendidikan Berkualitas di Era Pandemi
Bahkan, dalam rilisnya mencontohkan kehidupan sosial
Susan Kemp sebelum Covid-19 cukup aktif. Namun sejak
April 2020, ia hanya lima kali meninggalkan apartemennya
di dekat Stockholm, karena merasakan kecemasan sosial
dan perilaku obsesif terkait kuman. Ia menjadi ketakutan
saat naik transportasi umum, waspada dengan kebersihan
alat makan, dan merasa tak nyaman ketika melihat gambar
sel virus corona. Ditambah lagi dengan perasaan
kekecewaan yang sangat bahwa dirinyaa mengalami
kemunduran dan ketakutan kalau nantinya butuh waktu
bertahun-tahun untuk kembali ke jalur yang benar. Banyak
orang menjadi sedikit lebih cemas selama Covid-19. Namun
pengalaman Kemp menunjukkan bahwa untuk sebagian
orang, pandemi dapat memicu atau memperburuk masalah
kesehatan mental yang jauh lebih serius.
Bahkan lebih jauh, dalam BBC News Indonesia
memperlihatkan bagaimana para psikolog merasa khawatir
dengan kondisi semacam ini, dan kemungkinan suasana ini
akan bertahan dalam jangka panjang. Mengutip Steven
Taylor, penulis The Psychology of Pandemics, dan profesor
psikiatri di University of British Columbia, BBC merilis
penelitiannya bahwa untuk 10 hingga 15% minoritas yang
malang, hidup tidak akan kembali normal karena dampak
pandemi pada kesejahteraan mental mereka. Selain itu,
Australia's Black Dog Institure, sebuah organisasi penelitian
kesehatan mental independen terkemuka, juga
menyuarakan keprihatinan tentang banyaknya minoritas
yang akan terpengaruh oleh kecemasan jangka panjang.
Merasa tenang dengan apa yang sedang dihadapi adalah
merupakan komponen dasar dari kebutuhan setiap
individu. Bahkan seluruh kepentingan seseorang akan
22