Page 63 - ETNOFARMAKOLOGI Tumbuhan Obat Asli Kalimantan Tengah
P. 63
Penelitian yang dilakukan oleh Sa’adah et al (2017) mempunyai tujuan untuk mengukur
kadar flavonoid pada umbi bawang dayak. Metode yang dilakukan adalah membandingkan
kadar flavonoid pada ekstrak etanol umbi bawang dayak yang didapat dengan menggunakan
dua metode ekstraksi yang berbeda yaitu metode ekstraksi maserasi dan sokhletasi. Kadar
flavonoid diukur dengan menggunakan metode spektrofotometri dengan prinsip kerja pada
pembentukan senyawa kompleks alumunium klorida dengan kuersetin sebagai standar baku.
Hasil yang didapat kemudian dilakukan analisis menggunakan aplikasi SPSS versi 20. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kadar flavonoid pada ekstrak hasil metode maserasi lebih
besar dibandingkan dengan ekstrak hasil ekstraksi metode sokhletasi. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwan nilai sifnifikasi 0,005 lebih kecil dari 0,05 dengan menggunakan taraf
kepercayaan 95%, yang dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan signifikan antara kadar
falvonoid pada metode maserasi dan perkolasi (Sa’adah et.al., 2017).
Secara empiris umbi bawang dayak digunakan masyarakat dianataranya sebagai obat
pelancar air susu ibu, kanker payudara dan antioksidan (Nawawi, 2007 dalam Syamsul dan
Supomo, 2014). Tetapi untuk cara penggunaan umbi bawang dayak ini masih secara
tradisional yaitu dengan cara merebus bagian umbi dan air rebusannya diminum. Oleh
karena itu diperlukan sebuah inovasi agar penggunaan umbi bawang dayak sebagai obat
tradisional lebih nyaman, praktis dan memiliki khasiat sesuai dengan dosis yang diberikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Syamsul dan Supomo (2014) mencoba untuk membuat
sebuah inovasi dari umbi bawang dayak dengan membuat serbuk Effervescent. Pada
penelitian ini metode yang digunakan adalah metode Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Metode ini menggunakan 3 variasi formulasi Effervescent yang berbeda. Perbedaan
formulasi terletak pada komposisi kandungan bahan tambahan yang digunakan yaitu asam
tartrat, asam sitrat dan natrium bikarbonat. Variasi formula yang digunakan adalah Formula
A (50%), Formula B (55%), dan Formula C (60%). Selanjutnya dilakukan uji sifat fisik
untuk mengetahui kualitas dari serbuk Effervescent umbi bawang dayak yang dihasilkan.
Hasil yang didapat yaitu formula yang paling baik dalam menghasilkan sifat uji fisik adalah
Formula B dengan hasil kompresibilitas sebesar 12,5%, kecepatan alir sebesar 11,36 g/detik,
pH larutan 5 dan waktu larut 1,52 menit. Dapat disimpulkan bahwa formulasi serbuk
Effervescent memenuhi kriteria persyaratan yang telah ditetapkan, dan untuk uji hedonis
(kesukaan) formula B merupakan formulasi yang paling disukai.
Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Asli Kalimantan Tengah | 50
Rezqi Handayani & Nurul Qamariah