Page 65 - Teknik Creative Problem Solving
P. 65
Dina Fariza Tryani Syarif, M. Fatchurahman, Karyanti
Kreativitas, sebagaimana tercermin dalam deskripsi yang lebih
baru, dipersepsikan sebagai suatu mekanisme untuk ekspresi
individu, realisasi diri, dan pemenuhan diri sendiri (Cropley, 2006).
Menurut Chant et al (2009) konsep tim guru dan profesional sekolah
lainnya bekerja bersama untuk mengatasi masalah konseli
diperkenalkan lebih dari 30 tahun yang lalu. Dari dulu, berbagai
nama telah digunakan untuk menggambarkan ini tim seperti (a)
bantuan arus utama; (b) konsultasi pengajaran (c) dukungan
pengajaran; dan (d) intervensi prereferral.
Meskipun ada perbedaan di antara model-model ini (misalnya,
komposisi tim, struktur, dan proses melaksanakan intervensi),
semuanya memiliki tujuan yang umum dan preventif untuk
―menghilangkan rujukan yang tidak pantas, sambil meningkatkan
legitimasi yang diprakarsai dan mengurangi masalah konseli di masa
depan dengan memperkuat kapasitas konselor untuk melakukan
intervensi secara efektif dengan jangkauan yang lebih besar anak-
anak ‖(D. Fuchs, Mock, Morgan, & Young, 2003).
Model Csikszentmihalyi (Chant et al, 2009) melakukan
banyak hal untuk mendukung hubungan antara kreativitas yang
berorientasi sosial (dan perkembangannya) dan pendidikan. Teknik
Creative Problem Solving menunjukkan bahwa kreativitas bukan
sekadar tujuan properti, tetapi sebagai efek interaksi sosial antara
individu dan lingkungan di mana dia berinteraksi. Novak & Purkey
(Chant et al, 2009)Interaksi sosial ini dapat disusun untuk
menumbuhkan potensi manusia dengan cara yang memungkinkan
orang untuk ditambahkan, bukan mengurangi, proses menjadi
kehadiran yang bermanfaat bagi sekolah dan yang konseli layani.
Namun, saat ini iklim sekolah tidak selalu kondusif
mengorganisir sosial yang positif dan mengundang struktur yang
merangkul kreativitas. Yang penting untuk disangkal adalah mitos
58