Page 162 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 162
beberapa tahun lalu berupa keramik-keramik asal Cina. Penemuan
ini merupakan bukti kuat bahwa sudah terjadi transaksi perdagangan
antara orang-orang Mendawai dengan pedagang-pedagang Cina
pada zaman dulu.
Kemudian, dari pesisir mereka masuk menyebar ke dalam
anak-anak sungai Arut seperti Sungai Karanganyar, Sungai Bamban
dan Sungai Bulin. Sungai Karangayar menjadi sungai yang paling
banyak didiami pada saat itu. Hanya sebagian kecil yang mendiami
kedua sungai lainnya. Orang Mendawai menyebut Sungai
Karanganyar adalah “Lebu Helu" (Daerah yang Lebih Dulu).
Akan tetapi, setelah Kerajaan Kotawaringin berpindah dari
Kotawaringin Lama ke sungai Bu‟un dan mendirikan perkampungan,
orang-orang Mendawai yang mulanya mendiami Sungai Karanganyar
kemudian memilih bergabung dengan saudara mereka yang sudah
lebih dulu tinggal di sekitar sungai Bulin. Sungai Bamban dan sungai
Karanganyar beralih fungsi hanya sebagai tempat berladang. Meski
beberapa keluarga masih memutuskan bertahan. Pemukiman
Mendawai yang tersebar di sekitar Sungai Bulin semakin banyak dan
akhirnya menyatu sampai ke sungai Bu‟un. Lalu menjadilah Kota
Pangkalan Bun.
Dulu Sungai Bulin terletak di sekitar Kampung Ngawa dan
memanjang hingga kurang lebih berakhir di Gang Seroja, tepat di
bawah kaki bukit Masjid Agung. Namun sayang, di kemudian hari,
Sungai Bulin sebagai salah satu sungai Bersejarah ini kalah pamor
dibanding sungai-sungai lainnya. Karena tidak terawat, pada akhirnya
mengalami pendangkalan hingga kemudian menghilang.
Masih banyak cerita rakyat yang masih belum tercatat dalam
arsip sejarah yang sebenarnya wajib diketahui anak cucu masyarakat
terutama di kampung mendawai pangkalan Bun. Cerita rakyat
tersebut hanya beberapa tokoh masyarakat saja yang mengetahui
CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah | 151