Page 159 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 159
rumpun Bahasa Melayu. Hal ini tidak aneh, sebab sebagai daerah
paling barat di Kalimantan Tengah, mereka berbatasan langsung
dengan suku-suku Melayu di Kalimantan Barat. Orang Sukamara
yang tinggal di daerah Mendawai tetap menamakan dirinya orang
Sukamara. Bukan orang Mendawai. Dalam artian, Mendawai
diterima hanya sebagai nama tempat. Bukan nama suku, sedangkan
Mendawai di Katingan, pada mulanya adalah nama sungai. Di aliran
sungai itu terdapat beberapa desa. Seiring waktu, beberapa desa ini
secara administratif masuk ke dalam Kecamatan Mendawai. Saat ini,
sungai tersebut lebih dikenal dengan nama Sungai Katingan.
Masyarakat yang mendiami daerah ini memiliki kesamaan bahasa,
budaya, perilaku dan agama yang identik sekali dengan masyarakat
Mendawai Pangkalan Bun. Lalu Mendawai mana yang lebih dulu
ada?
Jika, dilihat dari bukti tertulis, nama Sungai Mendawai di
Katingan, pernah tercatat di dalam peta yang dibuat pada tahun
1795. Sedangkan nama Mendawai di Pangkalan Bun belum pernah
ditemukan di dalam dokumen-dokumen lama. Mungkin saja orang-
orang Mendawai yang ada di Pangkalan Bun yang berasal dari sana,
mungkin pula kebalikannya.
Terdapat sebuah hikayat berkenaan dengan asal-usul nama
Mendawai di Katingan. Hikayat tersebut dituturkan turun-temurun di
masyarakat setempat. Konon pada zaman dahulu terdapat satu
keluarga yang harus pergi meninggalkan daerah mereka. Mereka
pergi karena menolak permintaan raja untuk mempersunting anak
gadis mereka. Akhirnya, mereka memutuskan pergi berlayar dan
mencari tempat yang aman sebagai tempat tinggal. Pelayaran itu
membawa mereka ke suatu tempat di aliran Sungai Katingan.
Daerah itu selanjutnya mereka namakan sama dengan nama suku
dan daerah mereka sebelumnya, Mendawai.
148 | CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah