Page 147 - Huma Betang Internalisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Kalimantan Tengah
P. 147
Dengan mendiami rumah betang dan menjalani segala
proses kehidupan di tempat tersebut, masyarakat Dayak
menunjukkan bahwa mereka juga memiliki naluri untuk
selalu hidup bersama dan berdampingan dengan warga
masyarakat lainnya. Mereka mencintai kedamaian dalam
komunitas yang harmonis sehingga mereka berusaha keras
untuk mempertahankan tradisi rumah betang ini. Harapan
ini didukung oleh kesadaran setiap individu untuk
menyelaraskan setiap kepentingannya dengan kepentingan
bersama. Kesadaran tersebut dilandasi oleh alam pikiran
religio-magis, yang menganggap bahwa setiap warga
mempunyai nilai dan kedudukan serta hak hidup yang sama
dalam lingkungan masyarakatnya.
Keunikan dari nilai-nilai yang terkandung dalam filosof
Huma Betang tersebut di atas, maka dapat menjadi
barometer untuk mengenal dan memahami latar
karakteristik dan kepribadian siswa dalam konteks
pemberian layanan konseling kepada siswa di sekolah,
terutama yang berlatar belakang suku Dayak. Salah satu
bentuk yang harus dipelajari dan pahami adalah latar
belakang budaya siswa, hal ini dilakukan jika antara
konselor dan siswa (klien) mempunyai perbedaan.
Dipandang dari perspektif budaya, Suci Prasasti
menyebutkan bahwa situasi konseling adalah sebuah
“perjumpaan cultural” antara konselor dengan klien. Dalam
konseling terjadi proses belajar, transferensi dan kaunter-
transferensi, serta saling menilai. Konselor perlu memiliki
kepekaan budaya agar dapat memahami dan membantu
klien sesuai dengan konteks budayanya. Konselor yang
demikian adalah konselor yang menyadari benar bahwa
secara kultural, individu memiliki karakteristik yang unik
136 | Internalisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Kalimantan Tengah