Page 42 - Bimbingan Spiritual Logoterapi Kearifan Lokal
P. 42

Bimbingan Spiritual: Logoterapi Kearifan Lokal

              kutukan  lekas  mati  bagi  anggota  kelompok  masyarakat  itu
              yang  berani melanggar. Hukum adat  ini ditetapkan  dalam
              suatu sidang tertentu. Peraturan yang demikian keras ini akan
              menjadi semacam hukuman atau  punishment bagi  mereka
              yang melanggar.
                  Dalam masyarakat Jawa juga terlihat peraturan peraturan
              yang mengikat dan masih sering dilaksanakan. Walaupun tidak
              terlalu  keras, tetapi  masyarakat  Jawa  mengikutinya  dengan
              penuh kesadaran. Masyarakat Jawa dikenal dengan perasaan
              yang  sangat  halus,  dengan demikian, ungkapan  ungkapan
              yang bertujuan untuk  melarang suatu  tindakan tertentu
              juga diungkapkan  dengan halus  pula.  Apabila  orang  jawa
              mengatakan “saru” (tabu) atau “ora njawa”, biasanya mereka
              yang melakukan tindakan tertentu (salah) akan merasa ”isin”
              (malu) dan tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi.
                  Peraturan  yang  mengikat  dari sekelompok  Masyarakat
              tertentu akan membentuk suatu pola perilaku dari seseorang.
              Bagaimana  dia berperilaku,  berpikir,  bersikap  dan  lain
              sebagainya  akan  merefleksikan  aturan  yang  dibuat  oleh
              masyarakat dimana dia tinggal (Riesman, dalam Herr, 1989).
              Sehingga  akan terbentuk  suatu  kepribadian dasar (basic
              personality) atau kepribadian rata rata (lhrom, 1990).
                  Generasi muda mempunyai kecenderungan untuk
              mencontoh apa apa yang dilakukan oleh generasi sebelumnya.
              Hal ini memang salah satu proses pemilikan yang dilakukan
              oleh kaum  muda.  Dalam  proses  peniruan  ini terjadi suatu
              proses belajar yang tidak disadari. Artinya dari pihak generasi
              tua  tidak  mengajarkan  budaya  tertentu  kepada generasi
              mudanya secara langsung.  Mungkin, apa  yang dilakukan
              oleh generasi tua itu juga merupakan proses belajar meniru
              dari  generasi sebelumnya. Bateson  (dalam  Ihrom, 1983)
              mengilustrasikan suatu peristiwa yang menunjukkan proses
              belajar  melalui  perilaku  meniru dari suku  pengayau  latmul
              (lrian Jaya) sebagai berikut:


                                                                   35
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47