Page 115 - Menelisik Pemikiran Islam
P. 115
eksistensi Islam bagi bangsa Turki, kita dihadapkan pada
masalah interpretasi sejarah.
Ketika Turki Usmani berada di ambang kehancuran,
terutama setelah kekalahannya dalam Perang Dunia I,
Ataturk melihat bahwa satu-satunya ideologi gerakan yang
bisa memobilisasi massa dan kaum intelektual Turki waktu
itu tak ada lain kecuali ideologi nasionalisme. Sedangkan
model pembaharuan dan alternatif satu-satunya ialah
meniru Barat. Ideologi kekhalifahan tidak lagi memiliki
daya panggil untuk berjihad melawan kekuatan Sekutu.
Bahkan sejak sebelum meletusnya Perang Dunia ke-I
beberapa wilayah Ottoman telah menunjukkan usahanya
untuk memberontak dan melepaskan diri dari pusat simbol
nasionalisme. Di sini sosok 'nasionalisme' menampilkan
dua fungsinya yang berlawanan.
Ketika Ottoman pada puncak kejayaan, Eropa
menggunakan isu nasionalisme untuk memobilisasi massa
melawan Eropa. Demikianlah, sebagaimana perjuangan
kemerdekaan Indonesia, ideologi nasionalisme dan
Islamisme secara simbolik digunakan Ottoman. Kemudian,
bagaimana kita mesti merumuskan peran Ataturk dan
gerakan revolusinya dalam perspektif perjalanan Islam di
Turki? Ada kemiripan antara Ottoman dan gerakan Ataturk
melihat Islam. Yaitu Islam didekati secara amat pragmatik
untuk tujuan politik. Sebagai pengagum Durkheim, Ataturk
melihat Islam sebagai refleksi sosial masyarakat Turki yang
telah berakar sedemikian rupa yang memiliki kekuatan
integratif bagi pertumbuhan bangsa Turki. Dengan
demikian, sejak semula tokoh-tokoh gerakan modernisasi
dan westernisasi di Turki tidak pernah menyatakan anti-
agama, melainkan ingin mengadakan rasionalisasi agama,
108 | Asep Solikin