Page 112 - Menelisik Pemikiran Islam
P. 112
Turki Muda, dan Sultan Mahmud II (1808). Di antara ciri-
ciri gerakan yang ditawarkan ialah berusaha untuk
mengenalkan mesin percetakan, ilmu kemiliteran, dan
semacamnya yang dipandang sebagai gerakan baru di
Eropa.
Namun berbagai usaha itu gagal, antara lain
disebabkan oleh fanastisme teologis yang menimbulkan
keyakinan kuat di kalangan Sultan bahwa Tuhan mesti
berpihak pada dirinya, dan orang kafir Eropa tidak mungkin
bisa mengalahkan kekuatan Islam. Lebih dari itu, sistem
pembagian kekuasaan secara rasional dengan melibatkan
partisipasi massa sama sekali di luar jangkauan para sultan.
Pendeknya Sultan adalah pusat kekuasaan, sedangkan
gagasan-gagasan baru yang dikenalkan dari Eropa yang
tengah bangkit itu dicurigai sebagai kekuatan yang
merongrong wibawa Sultan serta dicap sebagai budaya
kafir Eropa.
Demikianlah, Islam yang pada mulanya telah
mengantarkan kejayaan Ottoman, pada akhirnya Islam di
ideologisasikan sebagai kekuatan penyangga Ottoman yang
nampak besar tetapi sangat rapuh. Tampaknya perjumpaan
antara Islam dan bangsa Turki Usmani lebih menonjol
dalam melahirkan ethos jihad dan ketaatan pada uli al-amri
ketimbang ethos kerja dan ethos keilmuan. Oleh karenanya
kita akan kecewa kalau mencari tokoh-tokoh pemikir Islam
yang brilian yang dilahirkan oleh bangsa Turki Usmani.
Gerakan Kemal Ataturk: Masalah Penafsiran
Mengawali uraian mengenai Islam pasca-Ottoman
penulis akan mengutip tiga pendapat sarjana ahli tentang
Turki:
Menelisik Pemikiran Islam | 105