Page 167 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 167
SI FAKIR DAN SI KAYA DALAM MAJELIS RASUL
“Aku takut, jika Aku kaya diriku dikuasai kesombongan dan
bangga diri seperti yang telah menguasaimu.” Sahut si fakir.
Perkataan si fakir tadi membuat suasana hening, dan
membuat beberapa orang dalam majlis itu saling melempar
pandangan satu sama lain.
Alkisah, suatu ketika Kanjeng Nabi Muhammad SAW,
duduk satu majelis dengan seorang fakir yang memakai baju
compang-camping, tidak berselang lama, datanglah seorang
kaya yang mengenakan pakaian bersih dan mewah datang.
Si kaya tadi bingung, karena ia tak menemukan tempat
duduk, kecuali di samping si fakir yang memang masih
kosong. Maka, mau tidak mau ia harus duduk di situ yang
tepat berada samping si fakir. Akhirnya keduanya duduk
bersebelahan dengan jarak dekat sekali.
Si kaya tadi ternyata merasa risih untuk duduk
bersebelahan dengan si fakir yang memakai baju compang-
camping. Reaksi pertamanya adalah menarik ujung bajunya
agar tak menempel pada ujung baju si fakir. Melihat
perlakuan si kaya terhadap si fakir, lantas Kanjeng Nabi
Muhammad SAW, menegur si kaya tadi dengan bertanya:
“Apakah engkau takut jika kekayaanmu tertular kepada si
fakir, atau engkau takut menjadi fakir jika sehelai benang
bajumu menyentuh baju si fakir?” Kanjeng Nabi menegur.
“Tidak wahai Rasul.” Tukas si kaya.
“Lalu untuk apa kau menarik ujung bajumu?” Sahut
Kanjeng Nabi.
Mendengar pertanyaan Kanjeng Nabi Muhammad SAW,
lantas si kaya tadi merasa tidak enak hati, dan lantas berkata;
154 | Asep Solikin