Page 186 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 186

KISAH SI MISKIN JULAIBIB DIJAUHI MASYARAKAT TAPI
                               DIMULIAKAN RASULULLAH


                  Dan tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan
                 beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
                suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang
                 urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan
                  Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang
                             nyata," (QS. Al-Ahzab ayat 36).

                   Julaibib  radhiallahu  anhu  adalah  salah  satu  sahabat
               Rasululallah  yang  tidak  dipedulikan  orang  tetapi  begitu
               dicintai oleh Rasulullah saw dan dirindukan bidadari surga.
               Nama  yang  terkesan  asing,  tidak  begitu  indah,  dan  justru
               menjurus  pada  ciri  fisiknya  yang  kerdil.  Nama  yang
               disandangnya tentu bukan pemberian dirinya sendiri, bukan
               pula pemberian dari kedua orang tuanya.
                   Julaibib adalah sahabat Nabi saw yang tidak diketahui
               dengan  pasti  siapa  ayah  dan  ibunya.  Bagi  masyarakat
               Madinah, seseorang yang tidak bernasab dan tidak bersuku
               adalah aib besar yang memalukan.

                   Alasan itulah yang membuat Julaibib begitu diasingkan
               oleh masyarakat sekitar hingga dia merasa tidak berharga
               sama  sekali  hidup  di  dunia.  Ditambah  lagi  keseharian
               Julaibib  yang  serampangan,  lusuh,  dan  jorok  membuat
               orang-orang    disekitarnya   tidak   berkenan   untuk
               mendekatinya.

                   Julaibib hanya tidur beralaskan pasir dan kerikil serta
               berbantal  tangan  setiap  malam.  Bahkan  untuk  minum,
               Julaibib  hanya  menggunakan  tangannya  untuk  mengambil
               air dari kolam umum penduduk setempat.



                                                       Bibliosufistik | 173
   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191