Page 182 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 182
KISAH SEORANG FAKIR SALEH DAN SI KIKIR
Ia memperlihatkan keping-keping emas tersebut kepada
istrinya, yang merasa sangat terkesima. "Maafkan aku,"
ucapnya, "aku tidak pernah benar-benar percaya bahwa
engkau adalah seorang wali, tetapi sekarang aku telah
melihat buktinya."
Suatu hari istri Nashruddin mengejeknya karena
miskin. "Jika engkau memang seorang agamawan," ucapnya,
"engkau seharusnya berdoa meminta uang. Jika itu memang
pekerjaan, engkau seharusnya dibayar, sebagaimana orang
lain pun dibayar untuk suatu pekerjaan." "Baiklah, aku akan
melakukannya."
Nashruddin segera pergi ke kebun dan berteriak
sekeras-kerasnya, "Ya Tuhan! Aku telah melayani-Mu selama
ini tanpa memperoleh uang. Sekarang istriku mengatakan
bahwa aku seharusnya dibayar. Oleh sebab itu, bolehkah aku
memiliki dalam waktu sekejap seratus keping emas sebagai
bayaran selama ini?"
Seorang bakhil yang tinggal di samping rumahnya pada
saat itu sedang berada di atap rumahnya, menghitung
kekayaannya. Didorong oleh pemikiran ingin
mempermainkan Nashruddin, ia melemparkan di depannya
sebuah kantong yang berisi seratus dinar emas. "Terima
kasih," ucap Nashruddin dan bersegera menuju rumahnya.
Ia memperlihatkan keping-keping emas tersebut
kepada istrinya, yang merasa sangat terkesima. "Maafkan
aku," ucapnya, "aku tidak pernah benar-benar percaya
bahwa engkau adalah seorang wali, tetapi sekarang aku telah
melihat buktinya."
Bibliosufistik | 169