Page 320 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 320
SOSOK SUFI YANG TAWADHU DAN ZUHUD
“Pertama, karena betapa pun besarnya rumah kita, yang kita
butuhkan ternyata hanya tempat untuk duduk dan
berbaring. Rumah besar sering menjadi penjara bagi
penghuninya”
Dikisahkan, hiduplah seorang sufi bernama Nidzam Al-
Mahmudi. Ia tinggal di sebuah kampung terpencil, dalam
sebuah gubuk kecil. Istri dan anak-anaknya hidup dengan
sangat sederhana. Akan tetapi, semua anaknya berpikiran
cerdas dan berilmu. Selain penduduk kampung itu, tidak ada
yang tahu bahwa ia mempunyai kebun subur berhektar-
hektar dan perdagangan yang kian berkembang di beberapa
kota besar.
Dengan kekayaan yang dikelola secara mahir, ia dapat
menghidupi ratusan keluarga yang bergantung padanya.
Tingkat kemakmuran para kuli dan pegawainya bahkan jauh
lebih tinggi ketimbang sang majikan. Namun, Nidzam Al-
Mahmudi merasa sangat bahagia dan damai menikmati
perjalanan usianya.
Salah seorang anaknya pernah bertanya, “Ayah,
mengapa tidak membangun rumah yang besar dan indah?
Bukankah Ayah mampu?” tanya sang anak. “Ada beberapa
sebab mengapa Ayah lebih suka menempati sebuah gubuk
kecil ini,” jawab sang Sufi yang tidak populer tersebut.
“Pertama, karena betapa pun besarnya rumah kita, yang
kita butuhkan ternyata hanya tempat untuk duduk dan
berbaring. Rumah besar sering menjadi penjara bagi
penghuninya. Seharian ia cuma mengurung diri sambil
menikmati keindahan Istananya. Ia terlepas dari kehidupan
Bibliosufistik | 307