Page 130 - BK PRIBADI SOSIAL Biblioterapi, Melalui Kisah Pribadi Diasah
P. 130
bilang bahwa ia tak ingin minta aneh-aneh. Ia malu kepada
Allah. "Bukankah Allah sendiri menyuruh kita meminta dan
bukankah Ia berjanji akan mengabulkannya?"
"Itu betul. Tapi minta atau tidak, kondisi kita sudah
dengan sendirinya memalukan. Kita ini cuma sekeping jiwa
telanjang, dari hari ke hari nyadong berkah-Nya, tanpa
pernah memberi. Allah memang Maha Pemberi, termasuk
memberi kita rasa malu. Kalau rezeki-Nya kita makan,
mengapa rasa malu-Nya tak kita gunakan?" katanya lagi.
Bergetar saya. Untuk pertama kalinya saya merasa
malu........... sebenar-benarnya malu. Seribu malaikat, nabi-
nabi, para wali, dan orang-orang suci.... langsung dibawah
komando Allah - seperti serentak mengamini ucapan orang
Betawi ini.
"Perhatikan di masjid-masjid, jamaah yang minta
kepada Allah kekayaan, tambahan rezeki, naik gaji, naik
pangkat. Mereka pikir Allah itu kepala bagian kepegawaian
di kantor kita. Allah kita puji-puji karena akan kita mintai
sesuatu. Ini bukan ibadah, tapi dagang. Mungkin bahkan
pemerasan yang tak tahu malu. Allah kita sembah, lalu kita
perah rezeki dan berkah-Nya, bukannya kita sembah karena
kita memang harus menyembah... seperti tekad Al Adawiah
itu," katanya lagi. Napas saya sesak. Saya tatap wajah orang
ini baik-baik. Selain keluhuran batin, di wajah yang mulai
menampakkan tanda ketuaan itu......terpancar ketulusan
iman.
Kepada saya, Kong Haji itu jadinya menyodorkan
sebuah cermin. Tampak di sana, wajah saya retak-retak. Saya
malu melihat diri sendiri. Betapa banyak saya telah meminta
selama ini, tapi betapa sedikit saya memberi. Mental korup
119