Page 197 - Bibliospiritual Menemukan Makna Dalam Kata Terbaca
P. 197
"Ketika aku sedang beristirahat di sebuah bangunan yang
telah rusak", jawab Al-Balkhi menceritakan, "Aku
memperhatikan seekor burung yang pincang dan buta. Aku
pun kemudian bertanya-tanya dalam hati. Bagaimana
burung ini bisa bertahan hidup, padahal ia berada di tempat
yang jauh dari teman-temannya, matanya tidak bisa
melihat, berjalan pun ia tak bisa". "Tidak lama kemudian",
lanjut Al-Balkhi, "Ada seekor burung lain yang dengan
susah payah menghampirinya sambil membawa makanan
untuknya. Seharian penuh aku terus memperhatikan gerak-
gerik burung itu. Ternyata ia tak pernah kekurangan
makanan, karena ia berulangkali diberi makanan oleh
temannya yang sehat". "Lantas apa hubungannya dengan
kepulanganmu ?" tanya Ibrahim bin Adham yang belum
mengerti maksud kepulangan sahabat karibnya itu dengan
segera. "Maka aku pun berkesimpulan", jawab Al-Balkhi
seraya bergumam, "Bahwa Sang Pemberi Rizki telah
memberi rizki yang cukup kepada seekor burung yang
pincang, buta dan jauh dari teman-temannya. Kalau begitu,
Allah Maha Pemberi, tentu akan pula mencukupkan rizkiku
sekali pun aku tidak bekerja. Oleh karena itu, aku pun
akhirnya memutuskan untuk segera pulang saat itu juga".
Mendengar penuturan sahabatnya itu, Ibrahim bin
Adham berkata, "Wahai Al-Balkhi sahabatku, mengapa
engkau memiliki pemikiran serendah itu ? Mengapa engkau
rela mensejajarkan derajatmu dengan seekor burung
pincang lagi buta itu ? Mengapa kamu mengikhlaskan
dirimu sendiri untuk hidup dari belas kasihan dan bantuan
orang lain ? Mengapa kamu tidak berpikiran sehat untuk
mencoba perilaku burung yang satunya lagi ? Ia bekerja
keras untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan
kebutuhan hidup sahabatnya yang memang tidak mampu
184 | Bibliospiritual: Menemukan Makna dalam Kata Terbaca