Page 90 - Bibliospiritual Menemukan Makna Dalam Kata Terbaca
P. 90
tampak keberatan. “Kalau ingin makan siang, kamu harus
membayar ‘harganya’. Silakan kerjakan, atau pergilah dari
sini.” Mendengar ucapan tegas si ibu, meski lapar, si
pemuda mulai melakukan pekerjaan yang diminta oleh si
ibu.
Kira-kira satu jam kemudian, dengan keringat
bercucuran, pemuda itu pun akhirnya dapat menikmati
makan siang paling nikmat yang pernah disantapnya. Ia
juga menerima uang tambahan sebagai imbalan hasil kerja
kerasnya. Selang beberapa hari kemudian, pengemis
makanan itu datang lagi ke rumah ibu itu. Kembali, ia pun
disuruh melakukan pekerjaan memindahkan batu bata.
Namun, kali ini ia harus mengembalikan batu bata itu dari
belakang ke halaman depan. Keluarga sang ibu heran dan
tidak mengerti, mengapa bunda mereka menyuruh
pengemis muda itu melakukan pekerjaan memindahkan
batu bata kembali ke tempat semula. Namun si pemuda,
tanpa bertanya lagi, segera bekerja memindahkan batu bata
dengan semangat dan menyelesaikannya dalam waktu yang
lebih cepat. Ia pun kembali mendapatkan upahnya. Setelah
menyantap makanan yang lezat sambil mengantongi upah,
dia mengucapkan terima kasih dan berpamitan pergi.
Waktu pun terus berjalan cepat. Kira-kira sepuluh
tahun kemudian, ibu itu kedatangan seorang tamu muda
yang mendesak ingin bertemu dengannya. Dengan mata
tuanya, ia menatap pemuda berpakaian rapi dan berkesan
mahal di hadapannya. Dengan senyum ramah, pemuda itu
menjabat tangan si ibu dan menyapa, “Ibu, masih ingat
saya? Pemuda dengan sebelah lengan, yang sepuluh tahun
lalu pernah minta makan kemari?”
Bibliospiritual: Menemukan Makna dalam Kata Terbaca | 77