Page 108 - Makna Sosial Burung Enggang
P. 108
Tengah, dan menjadi kearifan lokal masyarakat suku Dayak. Suku
Dayak percaya mitos tersebut sebagai sebuah adat yang dianggap
keramat karena mengandung petuah yang harus dipegang teguh,
sehingga mitos tersebut terus dikisahkan dan digunakan oleh
suku Dayak, jika masyarakat Suku Dayak tidak percaya akan
keberadaan burung enggang sebagai panglima burung, sehingga
memburu dan membunuh burung Enggang. Maka akan terjadi
musibah atau mala petaka bagi pemburu tersebut.
LeviStrauss menempatkan mitos atau dongen dalam alur
utama secara linier, menjadi potongan-potongan dalam beberapa
episod yang masing-masing memuat penjelasan mengenai sebuah
ide atau topik tretentu. Makna dari suatu episode tergantung
pada keseluruhan teks dengan memperhatikan posisi episode itu
sendiri dalam keseluruhan kisah (Howard, 1985).
Sager Satria menjelaskan bahwa atribut yang terbuat dari
burung enggang digunakan secara sakral, menggunakan atribut
tidak boleh sembarangan. Burung enggang kalau dia mengeluarkan
suaranya dengan suara yang lantang nyaring itu bisa berpuluh-
puluh kilo itu kedengaran. dengan elok dan elegan dengan
aungannya, jadi burung enggang itu kita juga sebagai pemimpin
membangun desa dan pemerintah ini ya harus seperti itu juga.
Gaungan kita membangun itu supaya sampai ke pelosok tuh
sampai semua dirasakan oleh semua masyarakat. di Murung Raya
sangat banyak sekali hidup di hutan itu tidak akan diganggu oleh
masyarakat, tidak boleh dibunuh terkecuali tadi kalau sifatnya
dia mati tidak sengaja, kalau dengan sengaja sengaja menangkap
akan mendapat tulah atau bahaya (Wawancara, 06/09/2021).
Individu dapat dinilai melalui cara berpakaian yang secara
langsung memengaruhi suasana hati dan juga harga diri individu.
Ini juga dapat mempengaruhi orang lain di sekitar kita. Fashion
batik terkenal di kalangan orang Indonesia dan terdapat berbagai
jenis batik berdasarkan daerah dan pengaruh etnis. Secara
Makna Sosial Burung Enggang dalam Batik Masyarakat Dayak... | 95