Page 107 - Makna Sosial Burung Enggang
P. 107
Kameloh mengatakan bahwa burung enggang adalah
penjaga wilayah tanah Dayak, meskipun berbeda keyakinan
masyarakat dayak burung enggang adalah jelmaan pangkalima
burung yang merupakan wujud Dewa pelindung. Ketika terjadi
perang atau wilayah tanah Dayak terancam akan datang burung
enggang mengitari wilayah tersebut, sebab pangkalima burung.
Biasayanya paruh dan bulu burung enggang, sebab bulu burung
itu melambangkan kehidupan suku Dayak, ada alam atas, alam
tengah dan alam bawah. Makanya itu adalah simbol kehidupan
suku Dayak (Wawancara, 15/09/2021).
Burung enggang merupakan perwujudan dari panglima
burung bagi kepercayaan suku Dayak Kalimantan Tengah. Dalam
budaya Kalimantan, burung enggang dianggap sebagai hewan
“suci” dalam kehidupan sosial mereka. Konon, burung enggang
adalah penjelmaan dari panglima burung, sosok yang tinggal di
gunung pedalaman Kalimantan dan berwujud gaib dan hanya
muncul saat perang. Ada yang menyebutnya pemimpin spiritual,
guru, sampai tetua yang diagungkan. Orang Dayak pedalaman
menyebut panglima burung sebagai Pangkalima, atau panglima
perang Dayak (Syahbani, 2020).
Mitos merupakan bagian dari kepercayaan pada cerita-cerita
legenda suci, pada cerita legenda tersebut terdapat tokoh dewa
atau figur tertentu yang dianggap suci atau memiliki pengaruh
dalam kehidupan masyarakt di sebuah daerah. Figur dewa
tersebut harus dihormati dan menjadi teladan agar masyarakat
dilidungi dan terhindar dari mala petaka. Menurut Danandjaja
(Asep & Asma, 2015) mitos merupakan cerita dari sebuah suku
yang dianggap keramat dan benar-benar terjadi serta diyakini
masyarakat daerah tersebut.
Mitos merupakan sebuah tradisi secara turun temurun
diceritakan kepada generasi berikutnya, menjadi kepercayaan
yang tertanam kuat pada masyarakat suku Dayak Kalimantan
94 | Aquarini, Ishomuddin, Vina Salviana DS., M. Fatchurrahman