Page 41 - Art Counseling seni sebagai penawar
P. 41
Kahn (Chibbaro & Camacho, 2011) Penggunaan seni
ekspresif dalam konseling telah berubah sejak berakar pada teori
psikoanalitik yang menonjol selama tahun 1940-an. Awalnya,
terapis menggunakan terapi seni sebagai alat psikoanalitik untuk
menganalisis dan menafsirkan makna seni klien. Fokusnya adalah
pada asosiasi bawah sadar dan bebas. Sejak tahun 1940-an, baik
tujuan dan fokus seni dalam konseling telah berubah dari sikap
psikoanalitik menjadi sikap yang mendukung ego, mendorong
perkembangan identitas, dan mendorong pematangan. Konselor
sekolah mungkin merasa kurang terhambat menggunakan seni
sebagai intervensi dalam konseling karena mereka menemukan
bahwa tidak ada kebutuhan untuk interpretasi mendalam dari
pekerjaan siswa.
Membuat sketsa, menggambar, dan melukis dapat
digunakan sebagai alat untuk konselor karena memungkinkan
siswa untuk mengekspresikan dan melepaskan emosi mereka
secara visual serta meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
secara keseluruhan (Malchiodi, 2003). Siswa yang mengalami
kesulitan berbicara tentang peristiwa kehidupan yang memalukan
atau traumatis seperti kekerasan keluarga dan pelecehan dapat
mengekspresikan diri melalui media artistic (Trowbridge, 1995).
Seni memungkinkan representasi
visual dari pikiran, yang mungkin sulit
untuk diungkapkan. Misalnya, seorang
anak mungkin mengalami kesulitan
menemukan kata-kata untuk
mengekspresikan kemarahan, namun
dengan menggambar gunung berapi dan
mengidentifikasi dengan "ledakan", anak
melepaskan kemarahan.
Sumber: Google
34 | Art Counseling: Seni Sebagai Penawar