Page 17 - Cyberbullying & Body Shaming
P. 17
Karyanti, M.Pd. & Aminudin, S.Pd.
1993; Svennson, 1999; Roland & Vaaland, 2006). Olweus (Roland
& Vaaland, 2006) Ini disebut bully-victims mungkin sulit untuk
membantu jika bully-victims diizinkan untuk terus menjadi bully.
Satu alasan adalah mudah untuk membenarkan bully-victims dengan
mengatakan bahwa bully-victims layak mendapatkannya.
Menurut Roland & Vaaland (2006) pada peristiwa bullying
terdapat peran yang anak-anak ambil, seperti:
1. Audien
Sering ada audiens ketika bullying terjadi. Audien melihat
dan tahu bahwa bullying terjadi, tetapi tidak aktif mengambil
bagian di sisi mana punbaik sebagai pelaku atau penolng.
Kadang-kadang geng bisa berdiri dan menonton seseorang
menggoda atau menyerang secara fisik sesama anak. Pada
kesempatan lain, audien hanya melihat bahwa sesuatu sedang
terjadi tanpa benar-benar dekat dengannya. Sering ada lebih
banyak anak menjadi audiens dari pada anak yang aktif
terlibat dalam situasi, dan kita bisa melihat anak sebagai
mayoritas yang diam..
2. Observer
Seorang observer percaya bahwa yang lain lebih
berpandangan positif tentang bullying dari pada yang
sebenarnya. Kesalah pahaman semacam itu mencegah
observer mendukung victim. Observer berpikir mereka
adalah satu-satunya yang tidak menyukai apa yang mereka
lihat dan karena itu tidak berani berbicara tentang bagaimana
perasaan sebenarnya. Ini bisa memimpin seorang observer
untuk memihak bully terhadap viktim. Bully juga salah
menafsirkan situasi dan sering percaya bahwa para observer
mendukung tindakan mereka.
10