Page 13 - Cyberbullying & Body Shaming
P. 13
Karyanti, M.Pd. & Aminudin, S.Pd.
bullying, dan tidak semua bullying melibatkan agresi atau kekerasan
(Ttofi, & Farrington, 2011).
Nansel dan rekan (Crawford, 2002) juga menemukan bahwa:
1. Bullying terjadi paling sering dari kelas enam hingga
delapan, dengan sedikit variasi di antara keduanya daerah
perkotaan, pinggiran kota, kota dan pedesaan.
2. Pria lebih cenderung menjadi bully dan victim dari pada
wanita. Pria lebih banyak cenderung mengalami bullying
secara secara fisik, sementara wanita lebih mungkin untuk
secara verbal atau secara psikologis diganggu.
3. Bully dan victim mengalami kesulitan penyesuaian diri
dengan lingkungan mereka, keduanya secara sosial dan
psikologis. Victim memiliki kesulitan lebih besar dalam
mencari teman dan mengalami kesepian.
4. Bully lebih cenderung merokok dan minum alkohol, dan
menjadi siswa yang lebih rendah dalam prestasi.
5. Bully-vicim anak yang merupakan bully dan penerima
bullying - cenderung mengalami isolasi sosial, melakukan
yang buruk di sekolah dan terlibat dalam perilaku bermasalah
seperti merokok dan minuman beralkohol.
Maliki, et al (2009) menyatakan bahwa untuk intervensi
bullying agar menjadi efektif harus fokus di luar anak yang agresif
atau bully dan victim termasuk teman sebaya, staf sekolah, orang tua
dan komunitas. Sebuah anti-bullying yang komprehensif pendekatan
dapat mengurangi bullying. Fitur utama dari intervensi adalah kode
yang dinyatakan dengan jelas perilaku dengan tindak lanjut yang
konsisten dan mendukung. Dibutuhkan banyak waktu untuk
mewujudkannya baik perubahan sikap maupun perilaku di antara
siswa staf, dan orang tua di sekolah.
6