Page 103 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 103

menekankan pentingnya aktivitas Islam dengan mendirikan sekolah-sekolah
              baru yang memadukan antara metode pengajaran modern Barat dan ajaran
              Islam yang standar.  Selain mendirikan sekolah, ia pun juga mendirikan
              klinik dan rumah sakit  dengan menggunakan metode pengobatan baru à la
              Barat.  Dari karya yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat saat itu, Ahmad
              Dahlan mulai mendirikan organisasi  Muhammadiyah yang saat itu menarik
              perhatian masyarakat yang berasal dari kelompok Islam kelas menengah.
              Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, beberapa tahun
              setelah wafatnya  (tepatnya pada 1930) organisasi ini telah memiliki anggota
              sebanyak 24.000 orang lebih, dengan 4.000 lebih siswa di 50 sekolah yang
              dibuka oleh Muhammadiyah.  Dengan demikian Muhammadiyah menjadi
              organisasi sosial yang memusatkan perhatiannya pada kebutuhan ummat
              Islam yang tinggal di kota, seperti poliklinik, perpustakaan, masjid, dan
              tabligh.  Hampir bersamaan dengan Ahmad Dahlan, muncul seorang Arab
              Sunda yang bernama Ahmad Surkati, yang wafat pada 1943. Ahmad Surkati
              memusatkan perhatiannya pada ummat Islam yang tinggal di Batavia
              dan bekerja dalam komunitas Arab. Ia mulai mengajarkan ideologinya
              melalui pembaharuan sistem pendidikan di Batavia. Tujuannya adalah
              ingin mengubah ajaran Islam klasik yang dianggapnya tidak sesuai dengan
              modernisasi Islam.
                 Selain tokoh-tokoh tersebut, di Bandung, pda 1920-an muncul tokoh
              Ahmad Hasan yang wafat pada 1958. Ia mendirikan sebuah usaha percetakan
              di Bandung yang telah membawanya ke arah ideologi yang disebutkan sebagai
              Persatuan Islam (Persis). Kelompok ini berkembang pesat di kota Bandung.
              Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok Persis ini mendirikan majalah
              yang berjudul Pembela Islam. Gagasan pembaharuan yang dibawanya dimuat
              dalam majalah Pembela Islam  ini.  Sebelum meninggal, ia memperjuangkan
              peninjauan kembali sistem hukum Islam yang menurut pendapatnya dipenuhi
              dengan berbagai keputusan yang tidak  bersumber pada kitab suci Islam Al
              Qur’an  dan tradisi Islam yang benar. 3
              3  Lihat Howard M. Federspiel, 2007. “Indonesian Muslims Intellectuls of the twentieth
                 century” dalam  Sultans, Shamans, and Saints: Islam and Muslims in South East Asia.


                                                                   K.H. Ahmad Dahlan    [101]
   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108