Page 19 - ETNOFARMAKOLOGI Tumbuhan Obat Asli Kalimantan Tengah
P. 19
sebenarnya. Tanda salib hanya menjadi benda fetis (jimat) yang berkhasiat magis sebagai
penolak bala yang hingga saat ini terkenal dengan sebutan lapak lampinak dalam bahasa Dayak
atau cacak burung dalam bahasa Banjar (Bondan dan Hasan, 1953).
Pada masa penjajahan, suku Dayak di daerah Kalimantan Tengah, sekalipun telah
bersosialisasi dengan pendatang, namun tetap berada dalam lingkungannya sendiri. Tahun
1919, generasi muda Dayak yang telah mengenyam pendidikan formal, mengusahakan
kemajuan bagi masyarakat sukunya dengan mendirikan Serikat Dayak dan Koperasi Dayak,
yang dipelopori oleh Hausman Babu, M. Lampe, Philips Sinar, Haji Abdulgani, Sian, Lui
Kamis, Tamanggung Tundan, dan masih banyak lainnya. Serikat Dayak dan Koperasi Dayak,
bergerak aktif hingga tahun 1926. Sejak saat itu, Suku Dayak menjadi lebih mengenal keadaan
zaman dan mulai bergerak. Tahun 1928, kedua organisasi tersebut dilebur menjadi Pakat
Dayak, yang bergerak dalam bidang sosial, ekonomi dan politik. Mereka yang terlibat aktif
dalam kegiatan tersebut ialah Hausman Babu, Anton Samat, Loei Kamis. Kemudian dilanjutkan
oleh Mahir Mahar, C. Luran, H. Nyangkal, Oto Ibrahim, Philips Sinar, E.S. Handuran, Amir
Hasan, Christian Nyunting, Tjilik Riwut, dan masih banyak lainnya. Pakat Dayak meneruskan
perjuangan, hingga bubarnya pemerintahan Belanda di Indonesia (Bondan dan Hasan, 1953).
Tahun 1945, Persatuan Dayak yang berpusat di Pontianak, kemudian mempunyai
cabang di seluruh Kalimantan, dipelopori oleh Johanes Chrisostomus Oevaang Oeray , F.C.
Palaunsuka, A. Djaelani, T. Brahim, F.D. Leiden. Pada tahun 1959, Persatuan Dayak bubar,
kemudian bergabung dengan PNI dan Partindo. Akhirnya Partindo Kalimantan Barat
meleburkan diri menjadi IPKI. Di daerah Kalimantan Timur berdiri Persukai atau Persatuan
Suku Kalimantan Indonesia di bawah pimpinan Kamuk Tupak, W. Bungai, Muchtar, R. Magat,
dan masih banyak lainnya. Tahun 1942, Kalimantan Tengah disebut Afdeeling Kapoeas-Barito
yang terbagi 6 divisi (Bondan dan Hasan, 1953).
Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Asli Kalimantan Tengah | 7
Rezqi Handayani & Nurul Qamariah