Page 18 - ETNOFARMAKOLOGI Tumbuhan Obat Asli Kalimantan Tengah
P. 18
1835. Barnstein merupakan penginjil pertama yang tiba di Banjarmasi untuk menyebarkan
agama Kristen pada tanggal 26 Juni 1835. Pemerintah lokal Hindia Belanda malahan
merintangi upaya-upaya misionaris Pada tanggal 1 Mei 1859 pemerintah Hindia Belanda
membuka pelabuhan di Sampit (Lontan, 1985).
Pemerintah Penjajah pada tahun 1917 telah mengangkat petugas-petugas
pemerintahannya yang berasal dari masyarakat setempat. Untuk memperkuat kedudukan, pada
abad XIX penjajah melakukan ekspedisi untuk masuk ke pedalaman Kalimantan. Tetpai
penduduk pribumi tidak mudah untuk dikusai dan dipengaruhi. Hal ini membuat para pribumi
melakukan perlawanan kepada penjajah sampai abad XX. Tetapi di tahun 1905 perlawanan ini
berakhir seiring dengan gugurnya Sultan Mohamad Seman di Sungai Menawing. Beliau gugur
sebagai kusuma bangsa dan dimakamkan di Puruk Cahun. Agama Kristen Protestan masuk
kedaerah pedalaman dimulai pada tahun 1835. Dan sampai terjadinya proklamasi Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945 penjajah tidak mampu menguasai daerah Kalimantan secara
menyeluruh. Hingga saat tersebut penduduka pribumi tetap bertahan dan terus mengadakan
perlawanan. Di Agustus 1935, suku Dayak Punan yaitu Oot Marikit melakukan pertempuran
dengan para penjajah. Pertempuran ini berarkhir karena adanya perdamaian yang dilakukan di
kota Sampit antara Oot Marikit dengan menantu Pangenan atau Panganon dan Pemerintah
Belanda (Bondan dan Hasan, 1953).
Menurut Hermogenes Ugang, pada abad ke 17, seorang misionaris Roma Katholik
bernama Antonio Ventimiglia pernah datang ke Banjarmasin. Dengan perjuangan gigih dan
ketekunannya hilir-mudik mengarungi sungai besar di Kalimantan dengan perahu yang telah
dilengkapi altar untuk mengurbankan Misa, ia berhasil membaptiskan tiga ribu orang Ngaju
menjadi Katholik. Pekerjaan dia dipusatkan di daerah hulu Kapuas (Manusup) dan pengaruh
pekerjaan dia terasa sampai ke daerah Bukit. Namun, atas perintah Sultan Banjarmasin, Pastor
Antonius Ventimiglia kemudian dibunuh. Alasan pembunuhan adalah karena Pastor
Ventimiglia sangat mengasihi orang Ngaju, sementara saat itu orang-orang Ngaju mempunyai
hubungan yang kurang baik dengan Sultan Surya Alam/Tahliluulah, karena orang Biaju
(Ngaju) pendukung Gusti Ranuwijaya penguasa Tanah Dusun-saingannya Sultan Surya
Alam/Tahlilullah dalam perdagangan lada. Dengan terbunuhnya Pastor Ventimiglia maka
beribu-ribu umat Katholik orang Ngaju yang telah dibapbtiskannya, kembali kepada iman asli
milik leluhur mereka. Yang tertinggal hanyalah tanda-tanda salib yang pernah dikenalkan oleh
Pastor Ventimiglia kepada mereka. Namun tanda salib tersebut telah kehilangan arti yang
Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Asli Kalimantan Tengah | 6
Rezqi Handayani & Nurul Qamariah