Page 15 - Gemilang Peradaban Islam
P. 15
pasukan Muawiyah diketahui oleh Amr Bin Ash yang ahli
berdiplomasi sekaligus orang yang licik dalam menjalankan
setiap gerakan diplomasinya. Maka dia menyarankan kepada
Muawiyah untuk memerintahkan pasukannya meletakan Al-
Quran diatas ujung tombak dan melakukan perdamaian
dengan pasukan Ali. Ali bin Abi Thalib yang mengetahui
kelicikan Amr bin Ash tidak segera menanggapi permintaan
tersebut. Namun karena beliau melihat begitu banyak
korban yang jatuh dari pihaknya terutama kalangan hafidz
qur’an maka dengan sangat terpaksa ia mau menerimanya.
Maka terjadilah proses perdamaian yang sangat
menyakitkan Ali dan mengalami kerugian yang teramat
sangat. Pasukan Ali yang diwakili Musa Al-Asyari yang jujur
dan setia sedangkan kelompok Muawiyah yang diwakili Amr
bin Ash yang licik laksana ular berbisa akhirnya melakukan
perundingan tersebut. Akhir dari perundingan tersebut jelas
sekali dimenangkan oleh Muawiyah dengan berbagai
kelicikannya. Ali dalam keputusannya mau menerima
tahkim sebagai usaha untuk menyelesaikan persengketaan
kekhalifahan dengan Muawiyah. Namun dengan adanya
tahkim tersebut muncullah ketidakpuasan yang ada dalam
kalangan Ali dan hampir semua pengikutnya. Lantas mereka
mengundurkan diri dari pasukan Ali lalu mengangkat
Abdullah bin Wahab sebagai pemimpin mereka, kemudian
membentuk kelompok baru yang bernama Khawarij yang
berarti "keluar dari barisan". Setelah itu mereka pun
memisahkan diri dan menuju Harura sebuah desa di dekat
Kuffah. Tentang nama tersebut ada pula yang berpendapat
bahwa nama itu didasarkan pada Al-Quran surat An-Nisa
100 yang didalamnya disebutkan "keluar dari rumah dan
berlari kepada Allah dan Rasul-Nya". Dengan demikian
mereka menganggap bahwa mereka telah keluar dari
tatanan yang salah menuju tatanan yang benar yang
6 | Asep Solikin