Page 297 - Gemilang Peradaban Islam
P. 297

Imam Al-Ghazali (Wafat 505 H./1111M)

              “Tasawuf menghimpun akidah, syariat dan akhlak dalam
             satu sistematika yang kuat dan amat berbobot. Berbobotnya
                tasawuf itu karena teori tasawuf lahir dari kajian dan
              pengalaman setelah melaksanakan suluk dalam riyadhoh
                dan mujahadah yang intensif dan berkesinambungan”

                 Dalam  pandangan  sebagian  Sufi ia  dipandang sebagai
            imam  para  sufi  yang  mampu  meluruskan  hakekat  sufi  itu
            sendiri yang banyak mengalami kerusakan makna. Ia dikenal
            dengan Al-Ghazali karena ayahnya adalah seorang pekerja
            pemintal  tenun  wol  dan  ia  pula  karena  berasal  dari  desa
            Ghazalah. Nama aslinya adalah Abu Hamid Muhammad Ibnu
            Muhammad Ibnu Ahmad dilahirkan pada tahun 450 H/1059
            di  Thus  daerah  Khurasan.  Keluarganya  tergolong  dalam
            keluarga yang taat beragama dan tergolong pula sufi.

                 Ahmad  Ibnu  Muhammad  Al-Razkani  Al-Thusi  adalah
            pendidik  awal  Imam  Al-Ghazali  semenjak  ia  masih  kecil.
            Kecerdasan  Al-Ghazali  yang  luar  biasa  selalu  menjadi
            pembicaraan gurunya. Ia sangat disayangi karena mudahnya
            dalam menerima ilmu pengetahuan. Setelah dirasa cukup, ia
            pergi melanjutkan pembelajarannya ke Jurjan dan memasuki
            lembaga pendidikan yang dipimpin oleh Al-Nashr Al-Ismaili
            dengan  mata  pelajaran  yang  lebih  luas  meliputi  semua
            bidang agama dan bahasa. Setelah tamat di sini ia kembali ke
            Thus dan mengkaji ulang atas semua yang telah ia pelajari
            sambil belajar tasawuf dengan Syekh Yusuf Al-Nassaj.
                 Setelah  dua  atau  tiga  tahun  ia  di  Thus,  ia  berangkat
            kembali melanjutkan dan sekali ini ia ke Nijsyapur belajar
            kepada Abul Maal Al-Juwaini yang bergelar Imam Haramain,
            dalam  beberapa  bidang  ilmu  pengetahuan  keIslaman.  Di
            Nisyapur ia juga melanjutkan pelajaran tasawuf kepada Syeh

            288 | Asep Solikin
   292   293   294   295   296   297   298   299   300   301   302