Page 61 - Gemilang Peradaban Islam
P. 61
membangun sekte yang berlandaskan pada hadits tersebut
karena masyarakat pada saat itu adalah masyarakat yang
masih berpegang teguh pada Hadits dan Sunah rasulullah
SAW. Oleh karena itu sekte ini banyak sekali mendapat
dukungan dari kalangan masyarakat luas. Maka dalam
mengembangkan aliran ini selanjutnya mereka menamakan
diri sebagai Ahlu Assunnah wa Al-Jama’ah (ASWAJA).
Adapun penggunaan Ahlu Assunnah wa Al-jamaah
sebenarnya berasal dari dua aliran besar yang muncul untuk
melawan aliran Mutazilah saat itu. Aliran tersebut adalah
Matrudiah yang lahir di Bukhara yang dikembangkan oleh Ali
Muhammad Al-Bazawi dan di Samarkand, dan yang kedua
adalah Aliran Asy’ariyyah yang dianut oleh Imam Maliki,
Syafi’i, dan Hanbali. Penamaan diri sebagai Ahlu Assunnah
wa Al-jamaah karena dalam berakidah dan bermuamalah
selalu melandaskan kepada Sunah Nabi SAW serta maslahat
jamaah yang diputuskan melalui musyawarah bersama.
Istilah ini terus berkembang dan meluas ke belahan
negri lain sejak pudarnya paham Mu’tazilah. Maka pada
perkembangan selanjutnya di zaman Salajkih penganut
paham ASWAJA ini gencar menyebarkan pemahaman ajaran
sekte mereka. Ini tampak pada madrasah Nizami yang
berpengaruh sekali di Afrika dan Andalusia saat itu. Pelopor
dari penyebaran aliran ini adalah Ibnu Tumara yang juga
mendirikan kelompok Al-Muwahidun. Sementara pada
belahan timur aliran ini pun banyak memiliki masa yang
disebarkan oleh Abu Bakar Muhammad Al-Baqillani. Ia
adalah murid dari Ibnu Mujahid dan Abu Hasan Al-Bahili yang
keduanya berguru kepada Al-As’ary.
52 | Asep Solikin