Page 11 - Sastra Lisan dan Nilai Budaya Dayak Ngaju
P. 11

Lastaria, M.Pd.


                           (budaya manusia) yang sudah lama ada di antara manusia itu sendiri
                           sastra  ada  sejak  manusia  mampu  mengelola  bunyi-bunyi  yang
                           dihasilkan  oleh  alat  ucap  menjadi  sistem  bahasa.  Kedua,  bahasa
                           sebagai  media  sastra  merupakan  unsur  budaya  yang  sangat  akrab
                           dengan kehidupan manusia, (Efendi dan Sabhan, 2007: 1).
                                Sastra  merupakan  bagian  dari  kebudayaan  masyarakat.
                           Kebudayaan  masyarakat  adalah  kumpulan  adat  kebiasaan,  pikiran,
                           kepercayaan, dan nilai-nilai yang turun-temurun serta dipakai oleh
                           masyarakat  pada  waktu  tertentu  untuk  menghadapi  dan
                           menyesuiakan  diri  terhadap  segala  situasi  yang  sewaktu-waktu
                           timbul,  baik  dalam  kehidupan  individu  maupun  dalam  kehidupan
                           masyarakat  secara  keseluruhan,  berdasarkan  pendapat,  Robson
                           (dalam  Effendi  dan  Sabhan,  2007:  5).  Wellek  (1990:  3-4)
                           mengemukakan  “sastra  adalah  suatu  kegiatan  kreatif  sebuah  karya
                           seni.  Sastra  tidak  bisa  ditelaah  sama  sekali,  sastra  boleh  dibaca,
                           dinikmati, dan diapresiasi. Selebihnya,  yang bisa dilakukan adalah
                           mengumpul berbagai macam informasi mengenai karya sastra”.
                                Kesusastraan rakyat adalah sastra yang hidup ditengah-tengah
                           rakyat. Ditutur oleh ibu kepada anaknya yang dalam buaian. Tukang
                           cerita juga  menuturkan kepada penduduk-penduduk kampung yang
                           tidak  tahu  membaca.  Tukang  cerita  sendiri  belum  tentu  tahu
                           membaca. Cerita yang semacam ini dituturkan secara lisan dari satu
                           generasi kepada generasi yang lebih muda. Hutomo (dalam Effendi,
                           2007:  11)  mengatakan  “sastra  lisan  merupakan  kesusastraan  yang
                           mencakup  ekspresi  kesusastraan  warga  suatu  kebudayaan  yang
                           disebarkan dan diturunkan secara lisan (dari mulut ke mulut)”.
                                Lahirnya  sastra  lisan  lebih  dahulu  daripada  satra  tertulis.
                           Tetapi ini tidak berarti bahwa dengan lahirnya sastra tertulis, sastra
                           lisan langsung mati. Sesungguhnya sastra lisan itu hidup bersama-






                           2
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16