Page 13 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 13
atau penghuni betang yang hendak melangsungkan pernikahan
sehingga warga pun bergotong-royong untuk membuat lesung
sebanyak mungkin agar mempermudah untuk pengupasan padi
sebanyak mungkin.
Sampai di suatu ketika tibalah saatnya warga bergotong-royong
untuk menumbuk padi. Saat matahari mulai terbenam datanglah
salah satu warga sebagai pemilik hajatan untuk menginfokan kepada
warga lain yang ikut bergotong-royong agar melanjutkan kegiatan
menumbuk padi besok hari menjelang subuh.
“Pahari (keluarga), kegiatan menumbuk padinya kita lanjutkan
besok pagi sekitar jam tiga subuh mengingat hari sudah
menjelang petang” ujar orang tua dari pemilik hajatan.
Kata sapaan Pahari (keluarga) sudah biasa diucapkan oleh warga
Tapean Lisung untuk menyapa semua orang walaupun tidak ada
hubungan darah.
“Baiklah, kalau begitu, besok subuh kita lanjutkan lagi.” Ujar
salah seorang warga betang menyetujuinya.
Seluruh warga bergegas kembali ke rumah betang. Setelah
selesai makan malam yang disiapkan oleh pemilik hajat, lalu seluruh
warga kembali ke tempat tidurnya masing-masing yang hanya
dibatasi oleh kelambu.
Hening malam mulai menyapa tinggallah dua orang pemuda
yang asyik mengobrol sampai larut malam. Sebut saja namanya si
Simpei dan Salampak. Mereka berdua tanpa sadar ketiduran di
ruang tengah rumah betang yang biasa digunakan sebagai ruang
pertemuan warga sehingga jarak keduanya cukup jauh dari
sekelompok warga lainnya.
2 | CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah